Manulife Indonesia Kantongi Premi Rp12,1 Triliun di 2021, Bayar Klaim Rp 8,9 Triliun

Berdasarkan Laporan Kinerja 2021 dari 58 perusahaan anggota AAJI, industri asuransi jiwa mencetak pendapatan mencapai Rp 202,9 triliun atau naik 8,2 persen.

oleh Tira Santia diperbarui 23 Mei 2022, 11:16 WIB
Presiden Direktur & CEO Manulife Indonesia, Ryan Charland (Kiri). PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia (Manulife Indonesia) mengantongi pendapatan bersih premi asuransi Rp 12,1 triliun, naik 42 persen pada 2021 dari 2020. Foto: Istimewa

Liputan6.com, Jakarta Perusahaan asuransi, PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia (Manulife Indonesia) mengantongi pendapatan pendapatan bersih premi asuransi Rp 12,1 triliun, naik 42 persen pada 2021 dari 2020. Pertumbuhan signifikan itu didorong kenaikan pendapatan premi di tahun yang sama.

Adapun kinerja premi bisnis baru tumbuh dua digit mencapai 35 persen dari sebelumnya Rp 5,6 triliun menjadi Rp7,5 triliun (berdasarkan Annualized Premium Equivalent – APE).

Presiden Direktur & CEO Manulife Indonesia, Ryan Charland, mengatakan jika selain dari pertumbuhan bisnis yang kuat, pihaknya senantiasa berkomitmen untuk membantu masyarakat mencapai tujuan finansial dan membuat hidup lebih baik.

"Tahun 2021 merupakan tahun yang menantang, namun komitmen kami terhadap nasabah tetap terlihat dari hasil pembayaran klaim sepanjang tahun sebesar Rp 8,9 triliun atau sebesar Rp 25 miliar setiap harinya,” kata dia, di Jakarta, Senin (23/5/2022).

Kinerja Manulife yang gigih di Indonesia semakin signifikan dibandingkan kinerja sektor asuransi secara industri.

Berdasarkan Laporan Kinerja 2021 dari 58 perusahaan anggota Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI), industri asuransi jiwa mencetak pendapatan mencapai Rp 202,9 triliun atau naik 8,2 persen.

Kinerja premi yang positif juga diikuti pertumbuhan aset Manulife Indonesia. Hingga akhir tahun 2021, total aset kelolaan Manulife Indonesia tumbuh 21 persen dari Rp 86 triliun menjadi Rp 104 triliun dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Hal ini mengindikasikan membaiknya kondisi pasar keuangan setelah tekanan pandemi Covid-19 yang terjadi sejak 2020.

Ryan Charland menyebutkan, indikator kekuatan lainnya, Manulife Indonesia tercatat memiliki cadangan teknis sebesar Rp41,6 triliun hingga akhir 2021.

Kondisi itu sekaligus menegaskan tekad perusahaan dalam memastikan perlindungan keuangan jangka panjang untuk seluruh nasabahnya di Indonesia.

Selain itu, Manulife Indonesia terus mempertahankan posisi modal yang kuat untuk mendukung keseluruhan operasi bisnisnya dengan rasio kecukupan modal (Risk-based Capital/RBC) sebesar 825% untuk bisnis konvensional dan RBC dana tabarru Unit Syariah pada Desember 2021 sebesar 609%.

 

2 dari 3 halaman

Aset dan Lainnya

Karyawan beraktivitas dengan perangkat telpon di Gedung Manulife, Jakarta, Kamis (6/01/2022). Manulife dan IPB bekerjasama untuk penyaluran wakaf secara mandiri maupun donasi guna mendorong para milenial untuk berasuransi sejak dini melalui asuransi syariah. (Liputan6.com/HO/Eko)

Sementara itu, Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) juga berhasil mempertahankan posisinya sebagai salah satu perusahaan manajer investasi terbesar di Indonesia. CEO & Presiden Direktur MAMI Afifa mengatakan, sepanjang 2021, total dana kelolaan MAMI tumbuh 16,7% menjadi Rp113,4 triliun. Disebutkan, dana kelolaan reksa dana MAMI meningkat 27,4% menjadi Rp62,9 triliun pada akhir 2021.

“Kami sangat bersyukur dan berterima kasih atas kepercayaan para investor, institusi dan individu, serta dukungan para mitra distribusi MAMI. Dukungan dan kepercayaan tersebut membuat kami berhasil mempertahankan posisi MAMI di peringkat pertama daftar perusahaan manajer investasi dengan dana kelolaan reksa dana terbesar di Indonesia,” tutur Afifa.

Baik Manulife Indonesia dan MAMI optimistis kinerja tahun 2022 akan lebih baik. Hal itu melihat kondisi perekonomian yang mulai membaik seiring meredanya pandemi Covid 19. Manulife Indonesia berkomitmen pada pertumbuhan kebutuhan perlindungan asuransi jangka panjang mengingat penetrasi yang masih rendah dan meningkatkan pemahaman masyarakat akan pentingnya terlindungi asuransi.

Hal senada dikatakan pengamat asuransi Irvan Rahardjo. Ia meyakini, tahun ini diperkirakan industri asuransi akan semakin tumbuh dan lebih baik dibandingkan sebelum masa pandemi. “Saya kira bisa, karena ekonomi sudah tumbuh 5,01 persen pada kuartal pertama 2022, dan itu diperkirakan akan terus meningkat,” tutur Irvan.

 

3 dari 3 halaman

Waspada

Sejumlah pekerja melintas di depan Gedung Manulife di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Pusat, Rabu (8/12/2021).

Ia menambahkan, meskipun industri asuransi memiliki potensi pertumbuhan yang besar, tetapi perlu mewaspadai terkait belum pulihnya citra asuransi setelah diterpa kasus gagal bayar sejumlah perusahaan asuransi seperti Jiwasraya, Bumiputera, Kresna Life, dan juga Wanaartha Life.

AAJI mencatat, industri asuransi jiwa membukukan total pendapatan Rp241,17 triliun sepanjang 2021 atau tumbuh 11,9 persen year-on-year (yoy). Pertumbuhan ditopang perolehan premi yang mencapai Rp202,93 triliun atau naik 8,2 persen yoy. Perolehan premi ini bahkan melampaui perolehan premi di 2019, masa sebelum pandemi Covid-19.

"Seiring mulai bangkitnya aktivitas ekonomi masyarakat dan meningkatnya kesadaran masyarakat untuk berasuransi telah mendorong pendapatan premi asuransi jiwa," ujar Ketua Dewan Pengurus AAJI Budi Tampubolon dalam paparan kinerja AAJI 2021 secara virtual pertengahan Maret 2022 lalu.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya