Malam Qunut, Tradisi Makan Pisang dan Kacang saat Ramadhan di Gorontalo

Malam Qunut, Tradisi Makan Pisang dan Kacang di Gorontalo

oleh Arfandi Ibrahim diperbarui 16 Apr 2022, 21:00 WIB
Pedagang menjual pisang dan kacang di pasar malam pada tradisi Malam Qunut di Desa Payunga, Kec. Batudaa, Kab. Gorontalo, Senin (20/5/2019). Tradisi Malam Qunut di Gorontalo dilakukan pada setiap pertengahan bulan Ramadan dengan beramai-ramai memakan pisang dan kacang. (Liputan6.com/Arfandi Ibrahim)

Liputan6.com, Gorontalo - Hampir dua tahun tidak dilaksanakan akibat pandemi Covid-19, tradisi malam Qunut di Provinsi Gorontalo akhirnya dilaksanakan. Meski begitu, masyarakat menggelarnya dengan protokol kesehatan yang ketat. Tradisi itu ialah kegiatan di pertengahan Ramadhan.

Tradisi Qunut yang biasa digelar pada 15 ramadhan ini merupakan tradisi turun temurun yang ditandai dengan munculnya pasar malam di daerah tersebut. Uniknya pasar malam itu hanya didominasi oleh penjual pisang dan kacang.

Kegiatan ini memang telah dilakukan masyarakat Batudaa, Kabupaten Gorontalo sejak dulu. Konon ini sebagai bentuk ungkapan syukur mereka telah menyelesaikan ibadah selama separuh bulan Ramadhan

Perayaan tradisi Malam Qunut di Kecamatan Batudaa, Kabupaten Gorontalo akan berlangsung selama sepekan. Warga antusias berdatangan memadati lapangan Batudaa untuk membeli dagangan yang dijajakan para pedagang.

"Alhamdulillah ini yang kami tunggu-tunggu, tradisi malam qunut yang melegenda," kata Hamzah Adam warga Kota Gorontalo.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

2 dari 2 halaman

Baru Kembali Digelar

Menurutnya, tahun-tahun sebelumnya kegiatan ini tidak digelar akibat pandemi. Namun tahun ini kembali diadakan dengan protokol kesehatan yang ketat.

"Kami patuh dengan protokol kesehatan, yang penting kegiatan itu digelar," tuturnya.

Menurut Hamzah, jika tradisi itu sudah menjadi kegiatan rutin mereka setiap pertengahan Ramadhan. Sebab, jika tidak ada pagelaran tradisi itu, ramadhan mereka terasa tidak lengkap.

"Kebiasaan ini tidak bisa dihilangkan, apalagi sudah dilaksanakan sejak dulu," ia menandaskan.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya