Angkutan Kontainer Terhambat, Indonesia Punya Siasat

Belakangan ini para pengusaha logistik mengeluhkan langkanya kontainer.

oleh Liputan6.com diperbarui 30 Okt 2021, 23:09 WIB
Kapal tongkang pengangkut batu bara lepas jangkar di Perairan Bojonegara, Serang, Banten, Kamis (21/10/2021). BPS mencatat ekspor produk pertambangan dan lainnya pada September 2021 melesat 183,59 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Belakangan ini para pengusaha logistik mengeluhkan langkanya kontainer. Hal ini lantaran banyaknya kapal yang tak bisa bersadar dikarenakan pandemi Covid-19. Tidak hanya di Indonesia, melainkan juga negara-negara lainnya.

Meski demikian, Indonesia punya siasat. Sebagai negara penghasil sumber daya alam yang melimpah, lesunya bisnis kontainer ini justru dimanfaatkan untuk mendongkrak angkutan kargo bersifat curah.

"Angkutan kargo yang sifatnya curah ini naiknya luar biasa. Ini karena teman-teman pengusaha kita genjot itu jual batu bara, CPO dan lain sebagainya," ujar Ketua Umum Asosiasi Badan Usaha Pelabuhan Indonesia (ABUPI) Aulia Febrial Fatwa dalam Virtual Expo Maritime Indonesia (VEMI) 2021, Sabtu (30/12/2021).

Tingginya ekspor komoditas yang bersifat angkutan curah ini lantaran harga di tingkat global tengah tinggi. Tentu ini menjadi strategi baru para pengelola pelabuhan.

Dia mengatakan, ke depan, Aulia berharap pemerintah bisa menyeimbangkan antara ekspor yang bersifat kargo dan curah. Jika keduanya bisa tumbuh bersama, ini jelas menjadi penyumbang pertumbuhan ekonomi negara.

"Artinya ke depan pelabuhan itu harus selalu berpikir dua karakteristik, yaitu karakteristik kontainer peti kemas dan karakteristik curah. Karena, kita gak bisa mengelakkan memang tren ke depan adalah kargo peti kemas adalah akan menjadi dominasi di dalam pergerakan kargo di pelabuhan," tambahnya.

Prediksinya, angkutan kargo yang bersifat curah, pada tahun ini akan memiliki andil yang lebih besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi dibanding kargo kontainer.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 2 halaman

Sri Mulyani Wanti-Wanti Tren Kenaikan Harga Komoditas Bisa Picu Inflasi

Menteri Keuangan Sri Mulyani saat mengikuti rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI di Gedung Nusantara I, Jakarta, Senin (4/11/2019). Ini merupakan rapat perdana Menkeu dengan Komisi XI DPR RI. (Liputan6.com/JohanTallo)

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan tren kenaikan harga komoditas pangan perlu diwaspadai, termasuk di tengah gangguan cuaca di beberapa wilayah dunia, yang dikhawatirkan akan memicu Inflasi bagi Indonesia maupun dunia.

“Indeks harga pangan yang harus kita waspadai karena kita khawatir nanti akan bisa menjadi pemicu inflasi. Jadi indeks harga pangan ini merupakan hal yang perlu untuk kita waspadai,” kata Menkeu Sri Mulyani dalam APBN KITA Edisi Oktober 2021, Senin (25/10/2021).

 Menkeu menerangkan, kewaspadaan itu muncul lantaran tren ekonomi global maupun Indonesia mulai menunjukkan perbaikan. Sehingga hal itu mempengaruhi kinerja manufaktur global dan Indonesia.

“Kita melihat kegiatan ekonomi kita juga mulai menunjukkan perbaikan kembali kinerja manufaktur global sama seperti juga di Indonesia begitu covid-19 mulai bisa tertangani maka mereka juga menunjukkan perbaikan,” ujarnya.

Dimana Purchasing Managers' Index (PMI) global sampai dengan bulan september tercatat ekspansif di level 54,1 dampak semakin terkendalinya covid-19. Disisi lain, PMI Indonesia juga semakin ekspansif.

Kegiatan manufaktur yang ditunjukkan dengan PMI Indonesia sebesar 52,2 dan PMI manufaktur di berbagai negara ASEAN juga mulai menunjukkan pemulihan. Namun, Menkeu mengatakan bukan berarti delta varian dari covid-19 sudah selesai.

“Kalau kita lihat Indonesia (di level) 52,2 statusnya (PMI) pada akhir bulan September ini adalah yang tertinggi diantara Asean 5,” ujarnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya