Reguk Untung Layanan Medis saat Pandemi, Dokter Singapura Jadi Miliarder Berharta Rp 15,7 Triliun

Singapura mempercepat upaya vaksinasi COVID-19 dan ini salah satu yang membuat Dokter Singapura, Loo Choon Yong jadi miliarder.

oleh Liputan6.com diperbarui 10 Agu 2021, 21:00 WIB
Ilustrasi Miliarder Dunia. Unsplash/Hunter Race

Liputan6.com, Jakarta Dokter Singapura, Loo Choon Yong resmi menjadi miliarder setelah perusahaannya terlibat dalam mengatasi pandemi COVID-19. Bloomberg Billionaires Index mencatat kekayaan ketua eksekutif Raffles Medical Group itu bernilai USD 1,1 miliar (Rp 15,7 triliun). 

Pendapatan bersih penyedia layanan kesehatan meningkat lebih dari dua kali lipat pada paruh pertama tahun ini. Sahamnya naik sebesar 104 persen dari posisi terendah pada Maret 2020.

Melansir dari The Straits Times, Selasa (10/8/2021), Raffles Medical telah mengoperasikan 15 pusat vaksinasi di Singapura.

Mereka juga membantu penyaringan perbatasan udara, pengujian praacara, dan pemeriksaan prakeberangkatan penumpang kapal pesiar. Hal ini menjadi contoh bagaimana bisnis dapat beradaptasi selama COVID-19 saat pekerjaan lain terkena dampak pandemi.  

"Ketika negara menghadapi tantangan seperti ini, kami harus membantu. Meskipun kami adalah perusahaan swasta, kami adalah bagian dari sistem perawatan kesehatan," kata Loo dalam sebuah video wawancara.  

Singapura telah mempercepat upaya vaksinasi COVID-19 sehingga mengharapkan 80 persen populasinya sudah diinokulasi penuh pada September. Tujuannya agar dapat melonggarkan lebih banyak pembatasan virus, termasuk mulai mengizinkan perjalanan bebas karantina.  

Raffles Medical yang mengoperasikan lebih dari 60 klinik dan praktik, serta satu rumah sakit di Singapura mulai melakukan upaya tersebut sejak Januari.

2 dari 2 halaman

Raffles Medical Selama Pandemi COVID-19

ilustrasi rumah sakit | pexels.com/@oles-kanebckuu-34911

Loo yang berusia 72 tahun ikut mendirikan Raffles Medical pada 1976. Awalnya, ia dan temannya, Alfred Loh, membeli dua klinik dan secara bertahap membangun perusahaan tersebut.  

Selain Singapura, Raffles Medical juga memiliki tiga rumah sakit di China. Rumah sakit terakhir baru dibuka di Shanghai minggu lalu. Grup ini juga beroperasi di negara lain, seperti Jepang, Vietnam, dan Kamboja.

"Prinsipnya adalah merawat pasien dengan benar. Bisnis ini akan menjaga dirinya sendiri. Begitulah cara kami tumbuh selama bertahun-tahun," papar Loo.  

Namun, saat pandemi COVID-19 mulai menyebar, bisnis Raffles Medical mulai menurun karena masyarakat mengurangi jumlah kunjungannya ke klinik dan rumah sakit. Penyedia medis hanya diperbolehkan memberi layanan yang penting saja. Oleh karena itu, perusahaan mengalihkan dokter, perawat, dan staf lainnya ke area lain, seperti tes dan screening COVID-19 di bandara.  

Pendapatan Raffles Medical naik sebesar 42 persen menjadi USD 343,8 juta (Rp 4,9 triliun). Kemudian, saham perusahaan juga tercatat naik sebesar 50 persen sepanjang tahun ini.  

Sementara itu, Loo berpendapat mengumpulkan kekayaan lebih dari USD 1 miliar (Rp 15,7 triliun) tidak menjadi caranya dalam menilai kesuksesan.  

"Saya tidak mengukur kontribusi kami atau makna hidup saya dengan kapitalisasi pasar atau harga saham. Yang terpenting adalah bagaimana Raffles Medical, sebagai sebuah organisasi, merawat pasien dengan baik," katanya.

Reporter: Shania

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya