Top 3: Penurunan Harga Emas Bikin Penasaran

Berita tentang penurunan harga emas ini paling banyak di baca

oleh Tira Santia diperbarui 25 Jul 2021, 08:00 WIB
Ilustrasi Logam Mulia (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Harga emas jatuh dan menuju penurunan mingguan pada hari Jumat karena dolar yang lebih kuat, imbal hasil yang lebih kuat, dan pasar ekuitas mengurangi daya tariknya.

Dikutip dari CNBC, Harga emas di pasar spot turun 0,3 persen menjadi USD 1,800,72 per ounce pada 13:43 ET. Harga emas berjangka AS menetap 0,2 persen lebih rendah pada USD 1,801,80.

Berita tentang penurunan harga emas ini paling banyak di baca. Selain itu, masih ada berapa berita yang tidak kalah menarik.

Berikut daftar berita yang paling banyak dibaca di kanal Bisnis Liputan6.com, Minggu (24/7/2021):

1. Harga Emas Jatuh, Menuju Penurunan Mingguan Pertama

Harga emas jatuh dan menuju penurunan mingguan pada hari Jumat karena dolar yang lebih kuat, imbal hasil yang lebih kuat, dan pasar ekuitas mengurangi daya tariknya.

Dilansir dari CNBC, Harga emas di pasar spot turun 0,3 persen menjadi USD 1,800,72 per ounce pada 13:43 ET. Harga emas berjangka AS menetap 0,2 persen lebih rendah pada USD 1,801,80.

Emas telah turun 0,7 persen minggu ini setelah secara singkat bergerak menuju puncak satu bulan minggu lalu, karena kekhawatiran atas meningkatnya varian Delta kasus COVID-19 telah mereda. Hal ini mendorong investor untuk keluar dari aset safe-haven karena selera risiko kembali.

"Pasar emas mencari pendorong fundamental baru dan sebenarnya tidak ada," kata Jim Wyckoff, analis senior Kitco Metals, mencatat imbal hasil riil yang lebih lemah dan lonjakan kasus COVID-19 tidak cukup untuk menggerakkan harga lebih tinggi.

Baca artikel selengkapnya di sini

2 dari 3 halaman

2. Terus Pecah Rekor, Menko Luhut Minta Masyarakat Waspadai Angka Kematian Covid-19

CEO Tokopedia William Tanuwijaya, Menko Marves Luhut Binsar Panjaitan, CEO Goto Andre Soelistyo, Komisaris Tokopedia Wishnutama Kusubandio, Komisaris GoTo Garibaldi Thohir saat  meninjau progres pembangunan Rumah Oksigen Gotong Royong di Jakarta, Minggu (18/07/2021) (Liputan6.com/HO/Ading)

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan atau Menko Luhut mengatakan, telah terjadi tren penurunan penambahan kasus positif Covid-19 sejak pekan pertama Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).

Kendati demikian, ia meminta masyarakat untuk terus membatasi pergerakan lantaran angka kematian akibat virus corona masih relatif tinggi.

Sebab, kasus kematian akibat Covid-19 kembali pecah rekor di angka 1.566 jiwa pada Jumat (23/7/2021) kemarin. Dengan tambahan tersebut, total kasus kematian akibat Covid-19 di Indonesia mencapai 80.598 jiwa.

"Saya minta pada teman-teman sekalian, meskipun ada penurunan dibandingkan dengan minggu pertama penerapan PPKM, tren penurunan mobilitas dan aktivitas tetap harus dipertahankan," imbuh Menko Luhut dalam keterangan tertulis, Sabtu (24/7/2021).

Baca artikel selengkapnya di sini

3 dari 3 halaman

3. PPKM hingga September, Pertumbuhan Ekonomi Bakal Negatif Lagi

Pekerja tengah mengerjakan proyek pembangunan gedung bertingkat di Jakarta, Sabtu (15/12). Bank Indonesia (BI) memprediksi pertumbuhan ekonomi pada tahun 2019 mendatang tidak jauh berbeda dari tahun ini. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Ekonom Senior Centre of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Piter Abdullah, mengamini jika pertumbuhan ekonomi nasional akan turun dari proyeksi awal pada kuartal III 2021.

Piter menilai, besarnya penurunan akan bergantung pada berapa lama pengetatan PPKM bakal berlangsung. Jika harus diperpanjang sampai September, dia menyebut pertumbuhan ekonomi Indonesia otomatis akan kembali negatif.

"Kalau sudah berakhir di bulan Juli saya perkirakan pertumbuhan ekonomi di triwulan 3 masih positif. Kalau berkepanjangan hingga September, pertumbuhan ekonomi akan kembali negatif," ujarnya pada Liputan6.com, Sabtu (24/7/2021).

Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) memprediksi pertumbuhan ekonomi nasional secara keseluruhan pada 2021 akan turun pada kisaran 3,5-4,3 persen, dengan titik tengah 3,9 persen. Pembatasan mobilitas dalam bentuk PPKM lanjutan jadi penyebab utama penurunan ini.

Baca artikel selengkapnya di sini

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya