Minimal 60 Persen Warga Harus Taat Prokes Agar Covid-19 Bisa Terkendali

pemerintah selalu melibatkan banyak pihak dalam setiap pengambilan keputusan penanganan pandemi Covid-19.

oleh Liputan6.com diperbarui 20 Jul 2021, 16:00 WIB
Suasana Jalan Sudirman yang lengang pada pemberlakukan PPKM darurat hari kedua di Jakarta, Minggu (4/7/2021). Pemerintah secara resmi menerapkan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat di Jawa dan Bali, termasuk DKI Jakarta, pada 3-20 Juli 2021. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi serta Koordinator Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat Jawa dan Bali Luhut Binsar Pandjaitan menejlaskan, pemerintah selalu melibatkan banyak pihak dalam setiap pengambilan keputusan penanganan pandemi Covid-19. Pemerintah juga melibatkan para akademisi dari berbagai kampus dan daerah di Indonesia.

"Kami mendengarkan banyak orang. Kami mendengarkan guru besar FK UI, asosiasi profesi kedokteran, Universitas Airlangga, UGM, dan lainnya," kata Menko Luhut dalam sebuah diskusi virtual, Jakarta, Selasa (20/7/2021).

Menko Luhut pun menjelaskan, garis besar yang perlu dipahami oleh masyarakat luas. Pertama ialah terkait dengan penanganan di hulu yang membutuhkan dukungan masyarakat. Hal ini menjadi kunci dalam pelaksanaan penerapan protokol kesehatan.

Luhut ingin, masyarakat turut serta mendukung pemerintah. Minimal 60 persen masyarakat menaati protokol kesehatan agar pengendalian virus segera bisa ditangani.

"Bagaimana mereka bisa patuh pada protokol kesehatan. Saya tidak minta 100 persen, kalau 60 persen saja sudah luar biasa," ungkap Menko Luhut.

Kedua, soal pemenuhan oksigen, obat dan tenaga kesehatan, tempat tidur dan vaksinasi. Terkait kebutuhan rumah sakit pemerintah telah mampu menyiapkan kebutuhan ini. Khususnya di kota-kota besar telah tersedia 3.500 tempat tidur yang diperuntukkan bagi pasien Covid-19.

"Masalah rumah sakit atau tempat tidur sekarang kita bangun, Jakarta aja 3.500 atau lebih dan seluruh kota-kota besar sekarang kita bangun tempat-tempat karantina dan pengobatan-pengobatan di ICU," kata Menko Luhut.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Kapasitas Biofarma

Vaksin Corona Sinovac disimpan di Bio Farma untuk dilakukan pengujian kembali sebelum akhirnya Vaksin COVID-19 buatan Sinovac Biotech Ltd memeroleh izin edar dan vaksinasi massal dilakukan. Vaksin Sinovac disimpan di cool room dengan suhu 2-8 derajat celcius (Foto: Muchlis Jr - Sekretariat Presiden)

Mengenai obat, Menko Luhut mengakui dalam sebulan ini stoknya sedikit mengalami kendala. Sebab, Biofarma hanya mampu memproduksi 22 juta dosis di bulan ini. Namun ke depan Biofarma bisa mampu memproduksi hingga 50 juta per bulan.

Menko Luhut menyadari betul betapa pentingnya upaya penangan yang optimal dilakukan di hulu. Sehingga upaya-upaya berikut atau terusnya dapat berjalan dengan baik dan lancar.

"Ini sangat penting, di tengah ini kita bisa manage (atur). Sekarang sudah ada varian delta, sudah ada varian baru, jadi kita siap-siap menghadapi dinamika ini," tambahnya.

 

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya