Profil Sarah Gilbert, Sosok Penting Di Balik Terciptanya Vaksin AstraZeneca

Nama Dame Sarah Gilbert menggema saat disebut dalam ajang Wimbleden akhir Juni lalu. Dia adalah salah satu pahlawan di masa pandemi COVID-19. Berkatnya dan tim, hadirlah vaksin AstraZeneca yang dipakai di 170 negara.

oleh Benedikta Desideria pada 19 Jul 2021, 18:02 WIB
Sarah Gilbert, sosok dibalik pengembangan vaksin AstraZeneca mendapat tepuk tangan meriah di ajang Wimbledon 2021. (FOTO: Oxford).

Liputan6.com, Jakarta Akhir pekan kemarin nama Dame Sarah Gilbert menjadi perbincangan masyarakat. Namanya menyeruak setelah beredar video singkat saat Sarah Gilbert mendapat standing ovation di hari pertama pertandingan tenis di Wimbledon, Inggris pada 28 Juni 2021.

Sarah Gilbert, salah satu peneliti vaksin AstraZeneca ini secara istimewa diundang Panitia Wimbledon untuk menonton pertandingan bergengsi tersebut. Ia duduk di tempat terbaik yakni Centre Court dan Court One.

Bukan tanpa sebab ia duduk di tempat terbaik. Ia adalah undangan spesial yang sengaja diundang dalam pertandingan tenis antara Novak Djokovic melawan Jack Draper. Di antara laga tersebut, penyiar menyebutkan tamu undangan spesial kala itu, salah satunya Sarah Gilbert.

"Pemimpin yang mengembangkan vaksin anti-COVID," begitu sebut penyiar.

Tepuk tangan meriah lansung membahana di stadian. Penonton pun langsung memberikan standing ovation kepada Dame Sarah Gilbert.

Aksi penonton ini sempat membuat Dame Sarah Gilbert tersipu malu seperti diberitakan Evening Standard.

2 dari 4 halaman

Sarah Gilbert, Pemimpin dalam Pengembangan Vaksin COVID-19 AstraZeneca-Oxford

Sarah Gilbert adalah seorang profesor di bidang vaksinologi dari universitas bergengsi Jenner Institute, University of Oxford. Sejumlah penelitian pernah ia lakukan sebelum akhirnya memimpin pembuatan vaksin COVID-19 AstraZeneca-Oxford.

Dalam laman resmi University of Oxford, Gilbert merupakan peneliti yang telah melakukan pengembangan dan tes sejumlah vaksin selama kurang lebih 10 tahun. Ia memimpin pengembangan antigen untuk malaria dan influenza.

"Beberapa vaksin yang dikembangkannya saat ini tengah dalam progres masuk uji klinis," sebut laman ox.ac.uk.

Pada 2014, ia memimpin uji coba pertama vaksin Ebola. Lalu, ia juga pernah meneliti mengenai pengembangan vaksin MERS dengan menggunakan virus Corona dengan pergi langsung ke Saudi Arabia menggunakan virus Corona.

Ketika uji coba kedua vaksin MERS tersebut bakal dimulai, pada awal 2020 merebak kasus COVID-19 di China.

Gilbert menayadari bahwa mungkin dia bisa menggunakan pendekatan yang sama dengan MERS dalam mengembangkan vaksin COVID-19.

"Kami bekerja cepat," kata rekan Gilbert, Teresa Lambe kepada BBC..

3 dari 4 halaman

Bekerja Paling Awal Pulang Paling Akhir

Sarah Gilbert, sosok dibalik pengembangan vaksin AstraZeneca mendapat tepuk tangan meriah di ajang Wimbledon 2021. (FOTO: Unsplash/mika bumeister).

Ketika ilmuwan China sudah menerbitkan struktur genetik virus penyebab COVID-19, Gilbert dan tim mulai bekerja mengembangkan vaksin. Bahkan, akhir pekan ia gunakan untuk pengembangan vaksin penyakit menular itu.

"Selama akhir pekan, vaksin itu kami rancang. Kami melakukannya dengan cepat," ceita Lambe.

Dalam pengembangan vaksin COVID-19 Gilbert bekerja tanpa henti. Wanita kelahiran Northamptonshire pada April 1962, akan datang paling pagi dan pulang paling larut malam seperti cerita Lambe.

 

 

4 dari 4 halaman

Infografis Perbandingan Vaksin Covid-19 Sinovac dengan AstraZeneca.

Infografis Perbandingan Vaksin Covid-19 Sinovac dengan AstraZeneca. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya