Kementerian ESDM Serap Anggaran Rp 1,3 Triliun hingga Mei 2021

Kementerian ESDM hingga akhir Mei 2021 kemarin telah menyerap sebanyak Rp 1,3 triliun dari anggaran tahun 2021

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 03 Jun 2021, 17:15 WIB
Ilustrasi Tambang Minyak 5 (Liputan6.com/M.Iqbal)

Liputan6.com, Jakarta Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ego Syahrial menyampaikan, Kementerian ESDM hingga akhir Mei 2021 kemarin telah menyerap sebanyak Rp 1,3 triliun dari anggaran tahun 2021, atau sekitar 22,04 persen dari total pagu keseluruhan.

"Angka ini lebih tinggi 2,71 persen dari target yang kami susun, 19,33 persen pada bulan Mei 2021," kata Ego saat menggelar rapat dengar pendapat dengan Komisi VII DPR RI, Kamis (3/6/2021).

Menurut dia, capaian serapan anggaran tersebut masih terhitung sesuai jalur (on the track), bahkan melampaui target awal yang telah disusun Kementerian ESDM.

"Diharapkan realisasi anggaran Kementerian ESDM hingga akhir Desember 2021 dapat mencapai 96 persen setidak-tidaknya," ujar dia.

Lebih lanjut, Ego memaparkan soal 183 paket pengadaan barang dan jasa di Kementerian ESDM dengan total pagu anggaran sebesar Rp 2,537 triliun. Secara progres terakhir, sekitar 98 persen paket senilai Rp 2,479 triliun sudah melalui proses tahap penawaran (tender).

"Terdiri dari on progres 30 paket dengan pagu Rp 749 miliar, yaitu terdiri dari 18 paket dengan pagu Rp 235,71 miliar sedang dalam proses pelaksanaan tender," paparnya.

Sementara 12 paket dengan pagu Rp 513,53 miliar dalam pelaksanaan proses tandatangan kontrak. Sedangkan yang sudah terkontrak dan sedang dalam proses pelaksanaan sebanyak 128 paket atau Rp 1,730 triliun.

"Sebanyak 2 persen sedang dalam proses persiapan tender, terdiri dari 25 paket sebesar Rp 57,80 miliar. Terdiri dari belum tender 24 paket Rp 56,16 miliar, dan belum input di SiRUP 1 paket sebesar Rp 1,64 miliar," jelas Ego.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Butuh Modal Rp 12 Triliun Listriki Seluruh Pelosok Indonesia

Petugas PLN melakukan penyambungan penambahan daya listrik di Jakarta, Rabu (21/6). Menyambut lebaran, PLN memberikan bebas biaya penyambungan untuk rumah ibadah dan potongan 50 persen untuk pengguna selain rumah ibadah. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) meminta bantuan kepada Komisi VII DPR RI agar PT PLN (Persero) bisa mendapat suntikan modal dalam bentuk Penyertaan Modal Negara (PMN) senilai Rp 12,02 triliun. Dana tersebut dimaksudkan melistriki seluruh wilayah Indonesia hingga 100 persen pada 2022 mendatang.

"Melalui forum yang terhormat ini kami mohon bantuan kalau sekiranya nanti PMN untuk PLN bisa ditambah, nanti kami tentu akan ikut kawal di PLN agar penggunaannya betul-betul dimanfaatkan untuk melistriki," ujar Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Rida Mulyana dalam rapat dengar pendapat bersama Komisi VII DPR RI, Kamis (27/5/2021).

Rida menjelaskan, dana tersebut dibutuhkan PLN untuk mewujudkan program Indonesia Terang pada tahun mendatang. Sokongan modal Rp 12,02 triliun tersebut merupakan perhitungan untuk mewujudkan visi rasio elektrifikasi 100 persen pada 2022.

Jika tidak diberikan suntikan modal tersebut, Rida memprediksi target rasio elektrifikasi 100 persen bisa jadi melenceng hingga ke tahun berikutnya.

"Mohon maaf kalau misalnya APBN adanya hanya Rp 5 triliun, jadi bergeser target rasio elektrifikasi ke tahun berikutnya. Jadi mohon dukungannya, saudara kita di 3T sudah 76 tahun gelap gulita," ungkap dia.

Guna mencapai target Indonesia Terang, Rida memaparkan, butuh tiga komponen yakni rasio elektrifikasi, rasio desa berlistrik, dan perluasan jaringan. Untuk rasio elektrifikasi, per kuartal I 2021 itu baru bertambah 0,08 persen dari triwulan sebelumnya menjadi 99,28 persen.

Begitu pula dengan rasio desa berlistrik, yang pada akhir tahun lalu sekitar 99,56 persen, dan bertambah tipis menjadi 99,59 persen pada akhir triwulan I 2021.

Khusus untuk rasio desa berlistrik, Rida menemukan sejumlah daerah di remote area yang terhubung jauh dengan desa berlistrik di tempat terdekat. Tabung listrik atau alat penyalur daya listrik (APDAL) dan pengisian energi listrik (SPEL) jadi solusi paling memungkinkan.

"Saya lihat sendiri di Papua, jarak satu rumah dengan yang lainnya minimum 500 meter, kadangkala 2 kilo itu enggak ketemu apa-apa. Sehingga sangat tidak ekonomis dan secara teknis juga tidak dimungkinkan kalau membangun jaringan di sana," tuturnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya