Pulihkan Ekonomi, Indonesia Bisa Tiru China

China masih memberikan kontribusi besar terhadap GDP dunia yakni mencapai 16,3 persen pada 2020.

oleh Liputan6.com diperbarui 29 Apr 2021, 13:10 WIB
China | Foto: The China Times

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Suharso Monoarfa mengatakan, untuk memulihkan ekonomi nasional, Indonesia bisa belajar dari China. Negara Tirai Bambu tersebut berhasil keluar lebih cepat dari tekanan pandemi Covid-19 menuju pertumbuhan postif sejak kuartal II 2020.

"Di tengah pandemi Covid-19 ekonomi China sudah tumbuh positif sejak kuartal II 2020. Ini saya kira akibat dari kesuksesan mereka mengendalikan virus, secara tepat," ujarnya dalam Rapat Koordinasi Pembangunan Pusat 2021, secara virtual, Kamis (29/4/2021).

China masih memberikan kontribusi besar terhadap GDP dunia yakni mencapai 16,3 persen pada 2020. Kemudian pada kuartal I 2021 China juga mampu berhasil tumbuh sebesar 18,3 persen, dan ini menjadi pemicu pemulihan secara global.

"Kita lihat bahwa pertumbuhan itu disebabkan oleh output industri manufaktur 24,4 persen dan sektor jasa juga sudah pulih kemudian ada aliran dari investment FDI tumbuh positif sejak kuartal kedua 2020," jelasnya.

Sementara pada kuartal I-2021 FDI juga masuk ke China tumbuh hingga 43,9 persen dengan penambahan investor baru sekitar 10.263 perusahaan. Dari jumlah investor baru tersebut salah satunya berasal dari Indonesia.

"Yang menarik ini munglkin Bu Menteri (Sri Mulyani) bisa melacak itu. Dari jumlah 10.263 itu kira kira sekitar 60 persen dari negara-negara di ASEAN bahkan diduga termasuk Indonesia, ada perusahaan Indonesia yang membangun di China dan meningkatkan kapasitasnya dalam tahun tahun ini," jelasnya.

 

2 dari 2 halaman

Tepat Tangani Pandemi

Karyawan membuat baju di Hangzhou Jiefeng Garments Co. Ltd. di Hangzhou, Provinsi Zhejiang, China, Rabu (12/2/2020). Di bawah arahan dan dukungan otoritas setempat, banyak perusahaan di Zhejiang kembali beroperasi setelah melakukan pencegahan dan pengendalian wabah virus corona. (Xinhua/Xu Yu)

Suharso melanjutkan, keberhasilan China dalam memulihkan ekonomi memang tidak terlepas dari penanganan pandemi Covid-19 yang sangat cepat dan tepat. Hal ini mengakibatkan kepercayaan investor asing terhadap China dan menghindari relokasi besar-besaran perusahaan asing dan lokal.

Kemudian, China juga telah banyak melakukan pemaanfaatan perjanjian perdagangan. Dalam hal ini, Suharso menyebut China sangat aktif dalam melakukan berbagai perjanjian dagang mulai dari perjanjian investasi bilateral (BIT), perjanjian perdagangan bebas (FTA) dan perjanjian perdagangan ganda (DTA).

Tak hanya itu, kebijakan China dalam memulihkan ekonomi juga ditujukan melalui reformasi dan peningkatan kebutuhan pasar. Beberapa diantaranya dengan cara mengurangi dafat negatif nasional 2020 dari 40 menjadi 33, dan daftar negatif FTZ 2020 dikurangi dari 37 menjadi 30.

Terakhir China berhasil menjalankan kebijakan moneter dan fiskal yang ekspansif. Di mana pemerintah China melebarakan defisit anggaran menjadi minus 11,4 persen terhadap PDB pada 2020. Di mana pada 2019-2019 defisit anggaran China adalah minus 4,7 persen dan minus 6,3 persen terhadap PDB.

"Selain itu bank sentral China menyuntikan juga Rp 1,2 triliun ke pasar keuangan," jelasnya.

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya