Hari Paling Berdarah di Myanmar

38 orang tewas dalam demonstrasi menentang kudeta militer Myanmar pada Rabu 3 Maret 2021.

oleh Raden Trimutia Hatta diperbarui 05 Mar 2021, 22:45 WIB
Pengunjuk rasa saat berdemonstrasi menentang kudeta militer di Yangon, Myanmar. (AFP)

Liputan6.com, Yangon - Bak zona perang. Ada kepulan asap, desingan peluru, hingga meriam air. Hari paling berdarah terjadi di Myanmar.

Bercak darah terlihat di sejumlah jalanan Kota Yangon. Tercatat, 38 orang tewas dalam demonstrasi menentang kudeta militer Myanmar pada Rabu 3 Maret 2021. 

Utusan PBB untuk Myanmar, Christine Schraner Burgener menyebutnya sebagai "hari paling berdarah" sejak militer melakukan kudeta terhadap pemerintahan sipil Aung San Suu Kyi pada 1 Februari 2021.

Seorang demonstran terluka sedang dirawat petugas medis sukarelawan setelah mendapat tindakan keras pasukan keamanan Myanmar. (AFP)
"Ini adalah yang paling berdarah sejak kudeta terjadi," ujar Burgener.

Hari itu, sekitar 1.200 orang ditahan aparat di Myanmar. Banyak dari anggota keluarga yang tidak tahu di mana lokasi penahanan sanak saudara mereka.

Para pengunjuk rasa bereaksi ketika polisi menembakkan gas air mata selama demonstrasi menentang kudeta militer Myanmar di Mandalay. (AFP)

Aktivis menyebut Myanmar sudah mirip seperti "zona perang" akibat aksi represif aparat terhadap para demonstran. 

"Militer memperlakukan pengunjuk rasa yang damai di Yangon seperti sebuah zona perang. Militer lagi-lagi menciptakan teror," ujar kelompok aktivis Assistance Association for Political Prisoners (AAPP), seperti dilansir CNN.

Seorang polisi mengarahkan senjatanya ke orang-orang di Taunggyi, sebuah kota di Negara Bagian Shan. (AFP/STR)

Laporan media Myanmar mengungkap adanya pasukan keamanan yang menembaki kerumunan besar di sejumlah kota, termasuk Yangon, dengan sedikit peringatan. Dua anak laki-laki, berusia 14 dan 17 tahun, serta seorang wanita berusia 19 tahun termasuk di antara mereka yang tewas, kata organisasi Save the Children. 

Enam orang juga dilaporkan ditembak mati selama protes di Monywa, Myanmar tengah. 30 orang lainnya terluka dalam kerusuhan itu dan seorang relawan medis mengatakan kepada AFP bahwa 10 orang terluka di Myingyan. 

Sebuah tabung gas air mata terlihat di tanah di Yangon, Myanmar. Aksi demonstrasi menolak kudeta militer berubah menjadi kerusuhan. (AFP/ Ye Aung Thu)

"Mereka menembakkan gas air mata, peluru karet, dan peluru tajam," kata relawan medis.

"Mereka tidak menyemprot kami dengan meriam air, (tidak ada) peringatan untuk bubar, mereka hanya menembakkan senjata," kata seorang pengunjuk rasa di kota itu.

Foto Demonstrasi di Myanmar menentang kudeta militer diambil dari satelit. (AP/Maxar)

Dalam catatan PBB, lebih dari 50 orang tewas dalam demonstrasi sejak militer melakukan kudeta pada 1 Februari 2021.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya