Sukses

Rumah Aung San Suu Kyi Dilelang Tapi Tak Ada yang Berminat

Aung San Suu Kyi telah ditahan sejak kudeta militer tahun 2021.

Liputan6.com, Yangon - Sebuah rumah besar yang terletak di tepi danau tempat pemimpin demokrasi Myanmar Aung San Suu Kyi menghabiskan bertahun-tahun sebagai tahanan rumah dilelang pada Rabu (20/3/2024).

Rumah tersebut dilelang dengan harga minimum US$ 150 juta, dikutip dari laman Channel News Asia, Kamis (21/3).

Rumah dua lantai dan tanah seluas 1,9 hektar itu dijual menyusul permasalah hukum yang dialami oleh peraih Nobel tersebut.

Aung San Suu Kyi sendiri telah ditahan sejak kudeta militer tahun 2021.

Menjelang pelelangan, sekelompok kecil orang -- kebanyakan jurnalis -- berkumpul di luar rumah era kolonial tersebut.

Pejabat setempat lalu mengumumkan pembukaan lelang dengan membunyikan bel kecil sebanyak tiga kali.

Juru lelang yang mengenakan longyi seperti sarung mengangkat tangannya untuk memberi angka menawar, tetapi yang ada hanya keheningan. Tak ada satupun pihak yang mengajukan nominal.

"Tidak ada yang menawar," kata juru lelang sambil membunyikan bel untuk menutup lelang tersebut.

Sebelumnya, Aung San Suu Kyi yang ditahan tidak mendapat perawatan medis, meskipun kesehatannya buruk. Hal tersebut diungkapkan putranya Kim Aris.

Kim Aris mengungkapkan bahwa junta militer Myanmar menolak permintaan otoritas penjara atas perawatan mendesak yang dibutuhkan Aung San Suu Kyi.

Sumber yang mengetahui masalah ini mengatakan kepada BBC bahwa sakit gigi parah telah menyebabkan Aung San Suu Kyi yang berusia 78 tahun tidak bisa makan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Pemeriksaan dari Dokter Militer dan Sipil

Namun, juru bicara junta militer Myanmar mengklaim bahwa Aung San Suu Kyi dalam kondisi sehat dan mendapat pemeriksaan dari dokter militer dan sipil.

Aung San Suu Kyi ditahan sejak Februari 2021 ketika dia digulingkan melalui kudeta militer. Pada Juli 2023, dia dipindahkan dari penjara menjadi tahanan rumah di Naypyidaw. Namun, tidak jelas di mana dia ditahan.

"Menolak akses tahanan yang sakit terhadap perawatan medis yang direkomendasikan adalah tindakan yang tidak berperasaan dan kejam," kata Kim Aris melalui pesan singkat kepada BBC, seperti dilansir Rabu (6/9/2023).

Kim Aris, yang tinggal di Inggris, mengatakan ibunya muntah-muntah dan mengalami pusing parah karena kesehatannya yang buruk.

"Siapapun yang menderita penyakit gusi yang sangat menyakitkan sehingga tidak bisa makan jelas memiliki risiko kesehatan jika pengobatan yang sesuai tidak diberikan," ujar Kim Aris.

3 dari 3 halaman

Dunia Didesak Tekan Junta Militer Myanmar

Pemerintahan Persatuan Nasional Republik Persatuan Myanmar (pemerintahan dalam pengasingan) – sebuah koalisi semua partai politik di negara tersebut – telah mendesak komunitas internasional untuk menekan junta militer Myanmar agar memberikan perlakuan yang tepat bagi tahanan politik, termasuk Aung San Suu Kyi.

Banyak pemimpin dunia menyerukan pembebasan tanpa syarat bagi Aung San Suu Kyi, bersama dengan ribuan orang lainnya yang ditahan dalam tindakan keras junta militer Myanmar terhadap pengunjuk rasa yang menentang kudeta militer.

Pasca kudeta, Myanmar mengalami perang saudara yang hampir berskala besar dan telah menewaskan ribuan orang.

Militer dilaporkan dengan kejam menekan oposisi, menggunakan taktik seperti serangan udara yang menyebabkan banyak korban sipil. Kelompok hak asasi manusia bahkan menuduh mereka melakukan kejahatan perang.

Dunia sendiri mengutuk kudeta militer Myanmar dan telah menjatuhkan serangkaian sanksi terhadap para jenderal dan perusahaan terkait militer Myanmar.

Krisis Myanmar merupakan salah satu yang mendominasi diskusi pada KTT ke-43 ASEAN yang sedang berlangsung di Jakarta, Indonesia. Para pemimpin ASEAN mengecam junta militer Myanmar atas kekerasan yang terus berlanjut.

Ini adalah tahun kedua berturut-turut Myanmar tidak diundang ke pertemuan ASEAN sejak kudeta.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.