Perdana, Tol Trans Sumatera Kini Punya Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik

Luhut menyampaikan apresiasi pada PLN yang telah berkontribusi mendukung percepatan program Percepatan Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBL-BB).

oleh Liputan6.com diperbarui 27 Jan 2021, 11:15 WIB
Petugas melakukan pengecekan mesin Stasiun SPKLU di SPBU Pertamina Fatmawati, Jakarta, Minggu (13/12/2020). SPKLU ini merupakan upaya Pertamina untuk mendukung pemerintah dalam mendorong tumbuhnya ekosistem kendaraan listrik dalam negeri. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan meresmikan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) di jalan tol Trans Sumatera. Peresmian tersebut dilakukan secara virtual.

"SPKLU di kilometer 20B ini menjadi SPKLU pertama di Jalan Tol Trans Sumatera dan SPKLU ke-30 di Indonesia," kata Luhut dalam siaran persnya, Jakarta, Rabu (27/1/2021).

Luhut menyampaikan apresiasi kepada PT PLN (Persero) yang telah berkontribusi mendukung percepatan program Percepatan Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBL-BB). Dia berharap program kendaraan bermotor listrik berbasis baterai (KBL BB) dapat semakin marak digunakan di Indonesia.

Luhut mengatakan Indonesia berpotensi menjadi produsen lithium terbesar kedua di dunia setelah China. Sebab, Indonesia memiliki cadangan nikel yang melimpah dan menjadi modal persaingan bisnis global.

"Indonesia mempunyai potensi sebagai produsen lithium terbesar kedua di dunia setelah Republik Rakyat Tiongkok (RRT), cadangan nikel kita yang beragam menjadikan Indonesia tentu mampu bersaing di kancah ini," kata Luhut.

Dia menjelaskan, penggunaan lithium juga tidak hanya untuk baterai kendaraan listrik. Melainkan bisa dimanfaatkan sebagai energy stabilizer yang penting bagi daerah pedalaman.

Sehingga dapat dimanfaatkan untuk pengganti energi listrik di malam hari. Seluruh perubahan dan pembangunan ini kata Luhut akan mampu mengurangi impor listrik hingga Rp 150 triliun.

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com

Load More

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Genjot Industri Kendaraan Listrik, Empat Perusahaan Siap Investasi di Indonesia

Petugas melakukan pengecekan mesin Stasiun SPKLU di SPBU Pertamina Fatmawati, Jakarta, Minggu (13/12/2020). SPKLU ini memiliki kemampuan fast charging 50 kW yang didukung berbagai tipe gun mobil listrik. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Kepala Badan Koordinator Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menegaskan,  pihaknya siap memperluas ekosistem nikel dari hulu ke hilir seiring melihat perkembangan kendaraan listrik. Hal ini untuk mendukung investasi terutama di kendaraan listrik.

"Pada persoalan tambang, kita sekarang untuk tambang nikel tak hanya fokus pada ekspor ore-nya, tapi mendorong untuk membangun industri dari hulu sampai hilir," ujar dia di acara 11thKompas CEO Forum, Kamis (21/1/2021).

Selain investasi yang besar, Bahlil juga mengaku industri ini mampu menyerap banyak tenaga kerja. Perusahaan pertama yang akan berinvestasi ialah LG Energy Solution Ltd dengan nilai investasi sebesar USD 9,8 miliar karena membangun industri baterai terintegrasi.

Selanjutnya terdapat Contemporary Amperex Technology Co. Limited atau CATL dengan nilai investasi mencapai USD 5,2 miliar karena berencana membangun industri baterai terintegrasi dengan nilai foreign direct investment (FDI).

"Sudah ada dua perusahaan yang teken kontrak. Yaitu CATL dengan nilai investasi USD 5,2 miliar dan LG dengan nilai USD 9,8 (miliar-red). Khusus LG, mereka akan bangun baterai sampai dengan mobil, karena mereka kerja sama dengan Hyundai," ujar dia.

Tak hanya dua perusahaan tersebut, Bahlil juga menyebut ada rencana investasi dari Badische Anilin-und Soda-Fabrik atau BASF meski belum tertera jelas nilai investasi yang akan digelontorkan.

Di Indonesia, perusahaan akan  membangun industri precursor dan katod. Selanjutnya terdapat, Tesla, Inc. Sama dengan BASF, perusahaan mobil listrik asal Amerika Serikat tersebut masih belum mengungkapkan nilai investasi di Indonesia. Meski demikian, perusahaan dinilai siap membuat ekosistem industri mobil listrik di Tanah Air.

"Ini yang bisa mengubah presepsi dunia kepada negara kita," kata Bahlil.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya