Perpanjangan PPKM hingga Pertemuan The Fed Bakal Bayangi Laju IHSG

Analis PT Infovesta Utama, Wawan Hendrayana menuturkan, ada sejumlah sentimen yang pengaruhi IHSG antara lain meningkatnya pasien baru COVID-19 berimbas terhadap perpanjangan PPKM.

oleh Agustina Melani diperbarui 25 Jan 2021, 08:44 WIB
Karyawan mengambil gambar layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (22/1/2021). Sebanyak 111 saham menguat, 372 tertekan, dan 124 lainnya flat. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah sentimen akan pengaruhi laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan saham Senin, (25/1/2021). Salah satunya perpanjangan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM).

Analis PT Infovesta Utama, Wawan Hendrayana menuturkan, ada sejumlah sentimen yang pengaruhi IHSG antara lain meningkatnya pasien baru COVID-19 berimbas terhadap perpanjangan pemberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM). Hal ini menjadi sentimen negatif untuk pertumbuhan ekonomi dan pendapatan emiten.

Pemerintah memperpanjang PPKM dari 26 Januari-8 Februari. Hal ini mempertimbangkan hasil monitoring dan evaluasi pelaksanaan PPKM tahap pertama pada 11-25 Januari 2021.

"Dari luar pasar menunggu rapat FOMC untuk mendengar pandangan ekonomi the Federal Reserve setelah pelantikan presiden dan program barunya,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com.

Hal senada dikatakan Analis PT Binaartha Sekuritas Nafan Aji. Nafan mengatakan, kebijakan pemerintah untuk memperpanjang masa PPKM memberikan sentimen negatif bagi pasar.

"Di sisi lain, kenaikan kasus COVID-19 juga memberikan sentimen negatif bagi pasar,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com.

Presiden Direktur PT Indosurya Bersinar Sekuritas William Surya Wijaya menuturkan, pergerakan IHSG masih berpotensi koreksi hingga beberapa waktu mendatang.

Akan tetapi, aliran dana investor asing yang mulai kembali ke pasar saham Indonesia dapat membuka kenaikan IHSG dalam jangka pendek. "IHSG bergerak di 6.260-6.390," ujar dia.

 

 

Load More
2 dari 2 halaman

Penutupan IHSG pada 22 Januari 2021

Pengunjung melintas dilayar pergerakan saham di BEI, Jakarta, Senin (30/12/2019). Pada penutupan IHSG 2019 ditutup melemah cukup signifikan 29,78 (0,47%) ke posisi 6.194.50. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

 Sebelumnya, menjelang akhir pekan, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak lesu hingga penutupan perdagangan saham Jumat, 22 Januari 2021.

Pelemahan IHSG di tengah bursa saham Asia yang tertekan dan pelaku pasar merespons negatif perpanjangan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) di sejumlah wilayah.

Pada penutupan perdagangan saham, IHSG merosot 1,66 persen atau 106,76 poin ke posisi 6.307,12. Indeks saham LQ45 turun 1,94 persen ke posisi 991,58. Seluruh indeks saham acuan kompak melemah.

396 saham merosot sehingga menekan IHSG. 107 saham menguat dan 128 saham diam di tempat. Pada Jumat sore, IHSG sempat berada di level tertinggi 6.428,49 dan terendah 6.283,31.

Total frekuensi perdagangan saham 1.435.306. Total volume perdagangan saham 17,3 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 17,1 triliun. Investor asing justru membeli saham Rp 44,81 miliar di seluruh pasar. Posisi dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah 14.008.

10 sektor saham kompak tertekan. Sektor saham tambang merosot 4,09 persen, dan memimpin penurunan. Diikuti sektor saham infrastruktur susut 2,82 persen dan sektor saham konstruksi tergelincir 2,6 persen.

Analis PT Binaartha Sekuritas Nafan Aji menuturkan, IHSG melemah seiring kebijakan pemerintah dalam memperpanjang pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) memberikan sentimen negatif bagi pasar.

“Di sisi lain, kenaikan kasus COVID-19 juga memberikan sentimen negatif bagi pelaku pasar,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com.

Dari global, ada proyeksi mengenai terkoreksinya kinerja PMI manufaktur maupun jasa negara Uni Eropa serta Amerika Serikat direspons negatif pasar.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya