Jelang Imlek, Pemerintah China Imbau Para Pekerja untuk Tidak Mudik demi Cegah COVID-19

Pemerintah China mengimbau para pekerjanya untuk tidak melakukan perjalanan pulang kampung demi mencegah penyebaran COVID-19.

Oleh DW.com diperbarui 17 Jan 2021, 08:00 WIB
Penerbangan dari Wuhan Ditutup: Pelancong berjalan melintasi papan informasi tentang penerbangan dari Wuhan telah dibatalkan di Bandara Internasional Ibu Kota Beijing pada Kamis (23/1/2020). China menangguhkan semua transportasi dari dan ke kota pusat penyebaran virus corona. (AP/Mark Schiefelbein)

Jakarta - Momen Tahun Baru China atau Imlek yang sebentar lagi akan tiba, menjadi waktu di mana para pekerja migran di China melakukan perjalanan pulang kampung. Pasalnya, momen besar ini menjadi momen spesial untuk bertemu dengan keluarga. 

Namun, tahun ini perayaan Imlek nampaknya harus dirasakan secara berbeda lantaran adanya pandemi COVID-19

Mengutip DW Indonesia, Sabtu (16/1/2021), jelang perayaan tahun baru, mayoritas dari 280 juta pekerja migran di China melakukan perjalanan pulang ke kampung halaman untuk bertemu keluarga.

Virus Corona yang dapat dengan cepat menyebar selama periode liburan tahun lalu memaksa banyak pekerja terjebak di desa selama berbulan-bulan dan sekembalinya ke kota mereka juga harus menjalani karantina. Akibatnya pabrik-pabrik tidak beroperasi, industri anjlok, dan para pekerja kehilangan pendapatan selama berminggu-minggu.

Pihak perusahaan biasanya memberikan upah lebih kepada mereka yang tetap bekerja selama hari libur, tetapi tahun ini pemerintah daerah dan perusahaan berharap lebih banyak pekerja yang menerima tawaran intensif tersebut.

Sebagian besar provinsi telah mengeluarkan pemberitahuan yang mendorong pekerja untuk tidak pulang ke kampung halaman, dengan alasan pentingnya pengendalian epidemi serta "menjamin stabilitas rantai industri dan pasokan."

Insentif yang diberikan mencakup pembayaran ekstra, hadiah, hiburan, perjamuan malam tahun baru gratis, hingga tawaran liburan yang berbeda-beda.

Load More

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 3 halaman

Permintaan Tenaga Kerja Sektor Industri

Para pengunjung mengenakan masker saat mengunjungi Kota Terlarang, Beijing, China, Jumat (1/5/2020). Kota Terlarang kembali dibuka setelah ditutup lebih dari tiga bulan karena pandemi virus corona COVID-19. (AP Photo/Mark Schiefelbein)

Pemulihan manufaktur China sebagian didorong oleh permintaan dari konsumen di luar negeri hingga melampaui ekspektasi tahun ini, membuat pabrik-pabrik berjuang mengisi kekurangan pekerja.

Sebuah pemberitahuan dari pemerintah Ningbo, sebuah pelabuhan dan pusat industri di provinsi Zhejiang, mengatakan penghentian produksi selama Tahun Baru Imlek di tengah permintaan luar negeri yang membludak dapat "menyebabkan kerugian besar bagi perusahaan." Meskipun belum diketahui berapa banyak pekerja yang bertahan tahun ini, perencana negara bagian China mengatakan mereka berharap tidak banyak pekerja yang pergi.

Provinsi Jiangxi selatan, daerah dengan sumber utama pekerja migran memperkirakan perjalanan saat libur Imlek sekitar 60% pada 2019.

Salah satu perusahaan bahan kimia di Zhejiang mengatakan kepada media lokal bahwa 85% pekerjanya berencana untuk tetap tinggal di kota tahun ini, lantaran terpikat dengan gaji dua kali lipat per jam dan hadiah tambahan 500 yuan (Rp 1 juta) untuk bekerja penuh waktu selama periode festival.

3 dari 3 halaman

Risiko Infeksi

Warga mengenakan masker berjalan di sebuah jalan di Wuhan di provinsi Hubei tengah China (3/3/2020). Sejauh ini, total 80.026 kasus virus corona terkonfirmasi di wilayah China daratan. (AFP/STR)

Peningkatan perjalanan massal saat ini berpotensi meningkatkan risiko infeksi virus corona baru, yang sebagian besar telah mereda di sebagian besar negara.

China melaporkan kasus lonjakan harian terbesar dalam lebih dari 10 bulan terakhir pada hari Kamis (14/01) terjadi karena infeksi di provinsi Heilongjiang timur laut yang meningkat hampir tiga kali lipat.

Wang Zhishen, yang bekerja di sebuah pabrik peti kemas di Dongguan, pusat ekspor, mengatakan dia mungkin akan bertahan jika pabriknya tetap buka, meskipun telah membeli tiket kereta untuk pulang ke provinsi Gansu.

"Bagaimana jika Anda tidak beruntung dan terinfeksi dalam perjalanan pulang? Nanti seluruh keluargamu bisa sakit,” katanya.

"Jika pabrik tidak akan tutup selama liburan, saya pikir saya hanya akan tinggal di Dongguan. Pulang ke rumah terlalu berisiko.”

Bagi beberapa pekerja, terutama mereka yang tidak memiliki majikan yang menawarkan insentif selama liburan, berkumpul kembali dengan keluarga dirasa masih sepadan dengan risikonya.

Pada pekan ini, seorang pekerja migran berusia 64 tahun bermarga Wang, yang bekerja sebagai pekerja konstruksi di ibu kota, bergegas kembali ke desanya di provinsi Shandong timur sebelum lockdown diberlakukan.

"Tidak ada jalan lain. Kita harus kembali sebelum lockdown. Kami punya keluarga di rumah." katanya, setelah tiba di stasiun tujuh jam sebelum keretanya meninggalkan Beijing.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya