Inggris Laporkan Strain Baru Virus Corona, WHO: Menyebar Sejak September 2020

Penelitian terkait strain baru Virus Corona penyebab COVID-19 yang ditemukan di Inggris sedang dilakukan

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 21 Des 2020, 20:30 WIB
Gambar menggunakan mikroskop elektron yang tak bertanggal pada Februari 2020 menunjukkan virus corona SARS-CoV-2 (kuning) muncul dari permukaan sel (merah muda) yang dikultur di laboratorium. Sampel virus dan sel diambil dari seorang pasien yang terinfeksi COVID-19. (NIAID-RML via AP)

Liputan6.com, London - Beberapa waktu lalu, Inggris mengumumkan bahwa mereka menemukan strain baru Virus Corona penyebab COVID-19, yang disebut lebih cepat menular.

Strain baru Virus Corona ini disebut sebagai VUI-202012/01. Kesimpulan awal para ilmuwan Inggris mengatakan bahwa varian baru ini menunjukkan adanya mutasi atau perubahan pada duri-duri atau protein Spike di permukaan virus.

Mutasi tersebut meningkatkan kemampuan protein untuk menempel dan masuk ke dalam sel manusia. Perubahan ini memungkinkan mutasi N501Y yang menyebar 70 persen lebih cepat dibandingkan sebelumnya.

Kepada situs berita BBC, Maria Van Kerhove, Ahli Epidemiologi Penyakit Menular di Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa strain baru Virus Corona yang diidenfitikasi di Inggris bagian tenggara sudah ditemukan sejak September 2020 dan sudah menyebar di sana.

"Apa yang kita pahami adalah bahwa virus tersebut telah meningkatkan penularan, dalam hal kemampuannya untuk menyebar," kata Van Kerkhove seperti dikutip dari AP News pada Senin (21/12/2020).

Dia, menambahkan, penelitian sedang dilakukan untuk memahami seberapa cepat penyebarannya, dan apakah hal itu terkait dengan varian Virus Corona itu sendiri, atau kombinasi dari berbagai faktor dengan perilaku.

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

 

Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini

2 dari 3 halaman

Perlu Mencegah Penularan

Pembeli berjalan kaki membawa tas belanjaan di Leicester Square setelah pelonggaran pembatasan virus corona COVID-19 menyusul berakhirnya kebijakan penguncian nasional atau lockdown kedua di Inggris, di London, Sabtu (5/12/2020). (AP Photo/Alberto Pezzali)

Van Kerkhove, mengungkapkan, strain tersebut juga telah diidentifikasi di Denmark, Belanda, dan Australia. Namun, ada satu kasus di mana itu tidak menyebar lebih jauh.

"Semakin lama virus ini menyebar, semakin banyak peluang yang dimilikinya untuk berubah," kata Van Kerkhove. "Jadi kita benar-benar perlu melakukan semua yang kita bisa saat ini, untuk mencegah penyebaran."

Dalam pernyataannya, Susan Hopkins, Tes and Trace and Public Health England Joint Medical Advisor mengatakan strain itu belum terbukti berdampak pada vaksin.

"Belum ada bukti bahwa strain baru dari virus corona SARS-CoV-2 itu akan berdampak pada keparahan penyakit, respon antibodi, atau kemanjuran vaksin," kata Hopkins. "Meskipun terdeteksi di geografis yang luas terutama di mana ada peningkatan kasus terdeteksi."

Hopkins juga menegaskan bahwa untuk saat ini, cara terbaik menghentikan infeksi COVID-19 adalah tetap mematuhi protokol kesehatan dengan mencuci tangan, menjaga jarak dengan orang lain, dan memakai masker.

Laporan varian baru virus corona ini membuat Perdana Menteri Inggris Boris Johnson kembali tidak jadi melonggarkan aturan terkait liburan Natal.

Selain itu, beberapa negara seperti Prancis, Jerman, Italia, Belanda, Belgia, Austria, Irlandia, dan Bulgaria, dikabarkan melakukan pembatasan perjalanan ke Inggris.

3 dari 3 halaman

Infografis Mutasi Virus Corona Lebih Jinak, Bisa Berubah Ganas di Indonesia?

Infografis Mutasi Virus Corona Lebih Jinak, Bisa Berubah Ganas di Indonesia? (Liputan6.com/Trieyasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya