Satgas Ungkap Rumitnya Kendala dan Tantangan Pelaksanaan Tes COVID-19 di Indonesia

Satgas menyebutkan berbagai kendala dan tantangan yang rumit dalam pelaksanaan tes COVID-19 di Indonesia

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 04 Des 2020, 09:00 WIB
Tim medis mengenakan APD di ruang ganti sebelum memasuki laboratorium pemeriksaan Covid-19 di Labkesda DKI Jakarta, Selasa (4/8/2020). Labkesda DKI yang berjejaring dengan 47 lab se-Jakarta dalam sehari tercatat mampu menguji hampir 10.000 spesimen Covid-19 dengan metode PCR. (merdeka.com/Iqbal Nugr

Liputan6.com, Jakarta Satgas Penanganan COVID-19 mengungkapkan rumitnya kendala dalam hal pelaksanaan tes COVID-19 di Indonesia.

Dewi Nur Aisyah, Ketua Bidang Data dan Teknologi Informasi Satgas COVID-19 mengungkapkan, bukan hanya masalah geografis yang jadi kendala pemeriksaan tes COVID-19 di Indonesia, namun juga sebaran laboratorium (lab) yang tidak merata.

Selain itu, dalam dialog dari Graha BNPB, Jakarta pada Rabu (2/12/2020), Dewi mengatakan bahwa masih ada keterbatasan jumlah dan kapasitas sumber daya manusia (SDM) yang mumpuni, dalam testing penyakit infeksi.

"Karena meski mereka berasal dari laboratorium, tetapi ternyata ada juga yang belum pernah memegang penyakit infeksi. Ini beda penanganannya," kata Dewi. Ia mengatakan penanganan penyakit infeksi membutuhkan standar yang berbeda.

Tak hanya dari sisi tenaga pemeriksa di laboratorium, petugas yang melakukan pengambilan sampel, transportasi, dan penyimpanan pun harus benar-benar dilatih untuk mencegah kontaminasi.

Dewi mengatakan, melatih banyak tenaga untuk dapat melakukan seluruh proses tes COVID-19 yang baik dalam waktu singkat, bukanlah hal yang mudah.

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

 

Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini

2 dari 3 halaman

Komitmen SDM dan Laboratorium yang Beragam

Tim medis melakukan pengujian sampel dengan metode PCR di laboratorium pemeriksaan Covid-19 di Labkesda DKI Jakarta, Selasa (4/8/2020). Labkesda DKI yang berjejaring dengan 47 lab se-Jakarta dalam sehari mampu menguji hampir 10.000 spesimen Covid-19 dengan metode PCR. (merdeka.com/Iqbal Nugroho)

Terkait dengan komitmen SDM dan laboratorium yang berbeda, Dewi mencontohkan bahwa seringkali di masa liburan, ada tren penurunan jumlah pemeriksaan COVID-19.

"Itu disebabkan karena tidak semua lab bisa buka 24 jam," kata Dewi. Selain itu, tidak semua laboratorium yang terlibat pun beragam dan tidak semuanya merupakan laboratorium pemerintah.

"Dan karena kita berbicara jumlah, karena jumlah laborannya segitu-gitu saja, mau melakukan shifting juga dia terlalu capek."

Maka dari itu, Dewi pun merekomendasikan agar Pemerintah Daerah ikut mendukung kinerja petugas, misalnya dengan membuat regulasi tentang insentif untuk mereka yang bekerja di luar jam kerja.

Kendala lain adalah dari sisi pelacakan atau tracing di lapangan. Dewi mengatakan, jumlah pemeriksaan berbanding lurus dengan jumlah pelacakan di lapangan.

"Ketika tracing tidak berjalan, tidak mungkin lab mendapatkan spesimen, itu sulit sekali," kata Dewi. "Jadi dua-duanya harus jalan."

Tantangan lainnya adalah beragamnya perangkat dan peralatan yang ada di laboratorium. Dewi mengatakan, mengingat masalah semacam ini sifatnya teknis, pusat pun juga tak bisa mengaturnya.

"Jadi juga tidak bisa disalahkan kenapa lab tidak melakukan pemeriksaan, karena ternyata reagen habis dan belum datang. Pengadaan tidak secepat yang kita pikirkan," pungkas Dewi.

3 dari 3 halaman

Infografis Seluk-beluk Tes Medis Corona

Infografis Seluk-beluk Tes Medis Corona. (Liputan6.com/Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya