Jadi yang Terlama di Dunia, Filipina Perpanjang Lockdown Corona Hingga 9 Pekan

Pemberlakuan lockdown karena Virus Corona COVID-19 di Filipina akan diperpanjang untuk lebih dari 9 pekan di "beberapa daerah" akhir pekan ini.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 12 Mei 2020, 14:49 WIB
Presiden Filipina, Rodrigo Duterte (AP/Bullit Marquezz)

Liputan6.com, Manila- Presiden Filipina Rodrigo Duterte memperpanjang lockdown atau karantina wilayah selama lebih dari sembilan pekan di "beberapa daerah". Keputusan itu menjadi salah satu pemberlakuan lockdown paling ketat dan terpanjang di dunia, dalam upaya menahan penyebaran Virus Corona COVID-19.

Perpanjangan aturan pembatasan hingga 2 pekan lainnya termasuk di Ibu kota Manila, hingga 11 minggu atau 80 hari, dan menjadi masa pembatasan yang lebih lama dari karantina 76 hari di kota Wuhan, China.

Aturan yang diperpanjang tersebut juga dikatakan berbeda dengan tren pelonggaran lockdown global saat negara-negara berusaha untuk mencapai keseimbangan antara pembatasan dan pemulihan untuk mengurangi kerusakan ekonomi, seperti dikutip dari Channel News Asia, Selasa (12/5/2020).

Dalam pertemuan dengan gugus tugas Virus Corona COVID-19 yang ditayangkan di televisi Pemerintah Filipina pada Selasa 12 Mei, Presiden Rodrigo Duterte menyebutkan perpanjangan itu, tetapi tidak menyebutkan secara spesifik di mana lockdown akan dilonggarkan atau dipertahankan, dan untuk berapa lama.

Informasi rinci terkait pengumuman diharapkan datang hari ini, menurut laporan.

Saksikan Video Berikut Ini:

2 dari 2 halaman

Langkah-Langkah Pelonggaran dengan Kewaspadaan

Seorang pekerja dari Departemen Pekerjaan Umum dan Jalan Raya Filipina menyiapkan kontainer yang akan diubah menjadi fasilitas medis sementara di Manila, Filipina, (29/4/2020). (Xinhua/Rouelle Umali)

Langkah-langkah akan dilonggarkan di beberapa tempat, kata Presiden Rodrigo Duterte. Tetapi ia juga mendesak untuk adanya kewaspadaan dan penggunaan masker sebagai "suatu keharusan".

Dalam pertemuan dengan gugus tugas Virus Corona, Presiden Rodrigo Duterte mengatakan, "Bagi mereka yang diizinkan keluar dan bekerja dan bagi yang tidak, ingat bahwa pelonggaran pembatasan, bukan untuk mengatakan COVID-19 berkurang, kita tidak bisa membiarkan gelombang kedua atau ketiga terjadi."

Ibu kota Manila tetap menjadi pusat infeksi, yang memiliki sedikitnya 13 juta orang dan jutaan penduduk informal, dengan 64 persen dari kasus yang dikonfirmasi di Filipina dan 72 persen dari kematiannya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya