Industri Ritel di Jatim Berpotensi Kehilangan Pendapatan Rp 11 Triliun, Jika…

Potensi kehilangan pendapatan dari penjualan untuk industri ritel yang terintegrasi dengan mal di Jatim mencapai Rp 11 triliun.

oleh Liputan6.com diperbarui 29 Mar 2020, 19:30 WIB
Salah satu bukti yang bisa terlihat adalah selama 2 tahun kedepan, Surabaya akan kelimpahan ruang ritel baru sekitar 92.000m2.

Liputan6.com, Surabaya Potensi kehilangan pendapatan dari penjualan untuk industri ritel yang terintegrasi dengan mal di Jatim mencapai Rp 11 triliun. Hal ini akan terjadi apabila pandemi Corona COVID-19 masih berlangsung sampai tiga bulan mendatang.

“Pembatasan aktivitas masyarakat mengakibatkan potensi loss of sales yang cukup besar, untuk Surabaya bisa kehilangan Rp 1,9 triliun,” ujar Abraham Ibnu, Staf Ahli Dewan Pimpinan Pusat Asosiasi Perusahaan Ritel Indonesia (Aprindo), seperti yang dikutip dari Antara, Sabtu (29/3/2020).

Ia menyebutkan industri ritel yang terintegrasi dengan mal mengalami penurunan sekitar 40 sampai 60 persen, kinerja industri ritel yang berdiri sendiri atau tanpa ikut dalam mal juga menurun sebesar 10 sampai 15 persen.

Penurunan yang sangat signifikan dari realisasi rata-rata penjualan seluruh ritel di Surabaya mencapai Rp 646 miliar per bulan dan ini terjadi setelah pengumuman masuknya Corona COVID-19 ke Indonesia.

Secara umum jumlah minimarket di Surabaya mencapai 432 unit dengan total transaksi normal per bulan sebesar Rp 129,6 miliar, sedangkan jumlah supermarket di Surabaya mencapai 35 unit dengan total transaksi per bulan sebesar Rp131,6 miliar.

Jumlah hypermarket di Surabaya mencapai 20 unit dengan total transaksi per bulan sebesar Rp180 miliar, dan departemen store dengan rata-rata penjualan sebesar Rp 500 juta per hari berjumlah 10 unit.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya