500 Ribu Alat Periksa Cepat Sudah Didistribusikan ke Seluruh Provinsi

500 ribu alat periksa cepat sudah didistribusikan ke seluruh provinsi. Hal ini diungkap oleh Juru Bicara Pemerintah Terkait COVID-19, Achmad Yurianto.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 27 Mar 2020, 16:38 WIB
Petugas menunjukkan hasil tes cepat (rapid test) pendektesian COVID-19 kepada tenaga medis di Stadion Patriot Candrabhaga, Bekasi, Jawa Barat, Rabu (25/3/2020). Pemeriksaan hanya diperuntukan bagi tenaga medis seluruh puskesmas, dan rumah sakit yang ada di Kota Bekasi. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta 500 ribu alat periksa cepat sudah didistribusikan ke seluruh provinsi. Hal ini diungkap oleh Juru Bicara Pemerintah Terkait COVID-19, Achmad Yurianto.

"Pemerintah secara aktif tetap melaksanakan pencarian kasus positif di masyarakat dengan menggunakan rapid test. Kami sudah mendistribusikan rapid test hampir 500 ribu ke seluruh provinsi," kata Yuri dalam konferensi pers Jumat (27/3/2020).

Ia menambahkan, rapid test bukanlah penegak diagnosa melainkan penapisan dan penyaringan untuk menemukan kasus-kasus positif.

Jumlah pasien yang semakin bertambah setiap harinya diperkirakan karena masih adanya kasus positif yang berkeliaran di masyarakat, kata Yuri. Dengan demikian, ia kembali menegaskan bahwa social distancing dan kebiasaan hidup sehat dan bersih sangat penting untuk diterapkan.

Simak Video Berikut Ini:

2 dari 2 halaman

Tidak Positif Bukan Berarti Kebal

Yuri mengimbau kepada seluruh masyarakat yang telah melakukan rapid test dengan hasil negatif. “Jangan memaknai bahwa Anda bebas dari penyakit ini. Karena beberapa kasus negative sebenarnya adalah sudah terinfeksi tetapi masih kurang dari tujuh hari”.

Hal ini disebabkan antibodi belum terbentuk yang membuat saat pemeriksaan bisa memberi kesan gambaran negatif.

“Sebenarnya virusnya sedang berproses, karena kita bisa mendapatkan antibodi itu pada umumnya setelah hari ketujuh.” Pemeriksaan ulang pada tujuh hari kemudian diperlukan untuk memastikan.

Jika hasil tes kedua tetap negatif, tambah Yuri, maka seseorang di saat itu belum terinfeksi. “Tapi bukan berarti kebal dan sangat-sangat mungkin terinfeksi manakala kontak dengan kasus positif tetap dilakukan.” 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya