Anak Juga Bisa Menjadi Pelaku Kekerasan Seksual

Banyak orang menganggap bahwa pelaku kekerasan seksual adalah orang dewasa tapi anak juga bisa.

oleh Liputan6.com diperbarui 12 Jan 2020, 12:00 WIB
Anak bisa menjadi pelaku kekerasan seksual (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Tidak hanya orang dewasa yang bisa menjadi pelaku kekerasan seksual. Anak juga bisa menjadi pelaku kekerasan seksual.

Berdasarkan data yang dipaparkan oleh dokter spesialis kedokteran jiwa Gina Anindyajati di Amerika Serikat terdapat 35,6 persen anak-anak yang menjadi pelaku kekerasan seksual.

Memang agak rumit untuk mengetahui ciri-ciri anak yang menjadi pelaku kekerasan seksual atau tidak. Mungkin tampilannya dapat dikategorikan sebagai anak yang baik, tidak melakukan hal-hal yang mencurigakan. Hal tersebut bisa jadi hanya untuk memanipulasi perilaku buruknya, meskipun tidak semuanya seperti itu.

Guna mencegah anak menjadi pelaku kekerasan seksual, Gita menyarankan agar orangtua membuka komunikasi pada anak. 

"Berupaya mencegah agar anak kita tidak menjadi pelaku, dengan cara membuka komunikasi pada anak. Ajarkan tentang pendidikan seks," kata Gita ditemui di Gedung IMERI Jakarta pada Jumat (10/1/2020).

Wanita yang sehari-hari aktif di  Departemen Ilmu Kesehatan Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-RS Cipto Mangunkusumo (FKUI-RSCM) itu juga menambahkan orangtua dapat memberitahu anak tentang hubungan seks itu apa, seperti apa itu seks, apa yang terkait dengan aktivitas seksual, dan siapa yang boleh melakukan, dan dengan cara seperti apa boleh melakukan seksual. Pastikan hal itu dikomunikasikan sesuai dengan usia anak.

 

Ciptakan Situasi Aman

Dalam membuka komunikasi pada anak juga perlu di saat situasi yang aman. Penting untuk orangtua menciptakan situasi yang aman dalam keluarga ketika membicarakan hal-hal seperti ini pada anak. Hanya dalam situasi aman, dia mau bercerita.

Pada anak-anak kecil lebih mudah untuk menanyakan dan meminta anak untuk menceritakan aktivitas apa saja yang telah dilakukan pada hari itu.

"Contohnya kita bisa menanyakan pada anak kita "hari ini ngapain aja?", "hari ini main sama siapa?", "mainnya seperti apa? Bisa dicontohkan?" sehingga orangtua lebih mudah untuk mengidentifikasi apakah anak mereka menjadi korban atau bahkan pelaku dari kekerasan seksual," ucap dr. Gina.

 

Simak Video Menarik Berikut Ini

2 dari 2 halaman

Penanganan Untuk Remaja

Pria difabel mendapat pelecehan seksual dua remaja putri (Liputan6.com/Ola Keda)

Sedikit sulit untuk mengetahuinya jika anak sudah remaja. Banyak faktor yang menjadikannya sulit, seperti komunikasi dengan orangtua lebih jarang, emosi yang belum stabil, dan hasrat seksualnya lebih tinggi dibandingkan anak-anak.

"Kita tidak bisa berharap anak remaja kita untuk secara tiba-tiba ngomong sama kita. Ini merupakan pola yang seharusnya dibentuk sejak kecil bahwa keluarga adalah tempat yang aman untuk dia bercerita," kata Gita. 

Langkah yang harus dilakukan ketika sudah terlanjur bahwa tidak menanamkan pola seperti itu pada anak remaja, yaitu tetap memberikan rasa aman. Ketika mereka mengungkapkan hal yang di luar dugaan, coba untuk menerima tanpa menghakimi.

 

Penulis: Vina Muthi A.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya