Presiden Prancis Sebut NATO Mati Otak Bikin Donald Trump Emosi

Presiden Donald Trump menyindir angka pengangguran di Prancis akibat kegaduhan di NATO.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 04 Des 2019, 12:40 WIB
Presiden Donald Trump di NATO Summit 2019 emosi karena pernyataan Presiden Prancis Emmanuel Macron. Dok: AP

Liputan6.com,London - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Presiden Prancis Emmanuel Macron kembali heboh akibat perkara NATO. Sebelumnya, Macron menyebut NATO sudah "mati otak" akibat tidak tak ada koordinasi di antara negara sekutu.

Dilansir BBC, Rabu (4/12/2019) Presiden Trump menilai ucapan Presiden Macron tidaklah menghormati negara-negara sekutu. Tak lupa, orang nomor satu di AS itu menyindir tingkat pengangguran di Prancis.

"Pernyataan itu sangat, sangat menjijikan. Saya pikir mereka memiliki tingkat pengangguran yang tinggi di Prancis. Secara ekonomi, Prancis tidak berjalan baik sama sekali," ujar Trump.

Ia pun terus menyindir situasi ekonomi di Prancis dan berkata negara itu mengalami tahun yang berat. Trump pun menekankan bahwa pernyataan "mati otak" Macron tidaklah terhormat.

"Kamu tidak bisa seenaknya membuat pernyataan begitu tentang NATO. Itu sangat tidak terhormat," tegasnya dalam peringatan 70 tahun NATO Summit di London.

Tingkat pengangguran di Prancis tercatat 8,5 persen, angka itu terendah dalam 10 tahun, meski lebih tinggi dari rata-rata Uni Eropa, yaitu 6,3 persen.

Sementara, Donald Trump tercatat berhasil menekan pengangguran di AS hingga 3,5 persen atau terendah dalam 50 tahun terakhir. Pada segi pertumbuhan GDP, ekonomi Prancis tumbuh 0,3 persen di kuartal III tahun 2019, sementara AS tumbuh 1,9 persen.

Donald Trump pun menegaskan bahwa AS tidak terlalu diuntungkan NATO. Dan justru Prancis yang butuh aliansi militer Atlantik Utara tersebut.

"Tidak ada yang lebih membutuhkan NATO ketimbang Prancis," ucapnya. "AS mendapat keuntungan paling sedikit. Pernyataan (Macron) sangatlah berbahaya," ucap Trump.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 3 halaman

Menghangat

Presiden Donald Trump di NATO Summit 2019 sudah damai dengan Presiden Macron. Dok: AP

Cekcok antara Presiden Trump dan Presiden Macron pun berhasil padam di lokasi NATO Summit. Dalam konferensi pers bersama, relasi keduanya saling menghangat meski sempat adu argumen.

Trump berkata dua negara tersebut sudah "mengerjakan banyak hal-hal baik sebagai mitra." Sementara, Macron berkata paham ucapannya soal mati otak membuat kaget banyak orang, namun hal itu diperlukan.

Sebelumnya, Macron juga membela ucapannya soal mati otak. Ia beranggapan para sekutu harus sadar kondisi NATO saat ini yang punya masalah strategis dan politis.

Kamu punya sekutur bersama di bagian yang sama di dunia ini, dan kamu tidak memiliki koordinasi apapun terkait pengambilan keputusan strategis antara AS dan sekutu NATO. Tidak ada," ucap Macron seperti dikutip DW.

3 dari 3 halaman

Keluhkan Anggaran

Ekspresi Presiden AS Donald Trump saat menghadiri National Prayer Breakfast atau Sarapan Doa Nasional di sebuah hotel di Washington DC (8/2). (AFP Photo/Mandel Ngan)

Meski pernyataannya sempat menghangat, Donald Trump sempat menyindir masalah patungan anggaran di NATO Summit. Isu ini selalu diributkan Trump karena alokasi anggaran dari negaranya selalu paling besar.

Berdasarkan data NATO, AS menyumbang hampir USD 685 miliar untuk anggaran NATO per 2019. Negara sekutu lainnya hanya menyumbang USD 299 miliar.

Aturan NATO menyebut tiap negara harus menyumbang 2 persen dari GDP mereka untuk NATO. Akan tetapi, negara seperti Jerman pun hanya patungan 1,36 persen. Sedikit negara yang menyumbang sampai 2 persen adalah Inggris, Rumania, Latvia, dan Estonia.

Negara-negara maju di Uni Eropa pun banyak yang tidak memenuhi kewajiban anggaran, seperti Prancis (1,84 persen), Denmark (1,35 persen), Belanda (1,35 persen), dan Norwegia (1,70 persen).

AP melaporkan Trump turut menyindir Kanselir Jerman Angela Merkel karena kurang membayar anggaran, tetapi bisa membeli gas dari Rusia seharga miliaran dolar. 

Kurangnya anggaran ini pun juga sempat dikeluhkan oleh mantan Menteri Pertahanan AS Jim Mattis yang notabene pro-NATO.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya