Arab Saudi Ciduk 9 Kritikus, Bakal Bernasib Seperti Jamal Khashoggi?

Arab Saudi telah menahan sedikitnya sembilan orang termasuk akademisi dan penulis dalam serangkaian tindakan keras publik selama dua tahun terakhir.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 26 Nov 2019, 17:00 WIB
Ilustrasi bendera Arab Saudi (AFP Photo)

Liputan6.com, Riyadh - Arab Saudi telah menahan sedikitnya sembilan orang termasuk akademisi dan penulis dalam serangkaian tindakan keras publik selama dua tahun terakhir, kata kelompok pegiat hak asasi manusia pada Senin 25 November 2019.

Jurnalis, blogger, dan aktivis termasuk di antara sembilan orang yang ditangkap dalam tindakan keras yang dimulai pada 16 November, kata kelompok hak asasi ALQST.

"Pemerintah Saudi telah melakukan penangkapan baru terhadap jurnalis, penulis dan aktivis, baik wanita maupun pria, dalam beberapa hari terakhir," kata ALQST dalam sebuah pernyataan, dikutip dari NDTV India, Selasa (26/11/2019).

"Mereka juga meningkatkan penyiksaan, pelecehan seksual, dan penganiayaan terhadap para orang yang ditahan karena pemikirannya."

Prisoners of Conscience, sebuah kelompok HAM di Arab Saudi yang melacak para tahanan politik, juga membenarkan bahwa sembilan orang telah ditahan.

Kelompok itu mengatakan di Twitter bahwa penulis Suleiman al-Nasser adalah di antara mereka yang ditahan atas "alasan pendapat intelektualnya", seperti halnya blogger Fuad al-Farhan karena "kegiatan intelektual"-nya pula.

Tidak ada komentar langsung dari otoritas Arab Saudi.

Simak video pilihan berikut:

2 dari 2 halaman

Seperti Jamal Khashoggi?

Ilustrasi Bendera Arab Saudi (iStockphoto via Google Images)

Penahanan itu menggarisbawahi apa yang disebut oleh aktivis liberal sebagai meningkatnya penindasan dan otoritarianisme di bawah pemerintahan de facto Putra Mahkota Mohammed bin Salman ketika dia mengonsolidasikan cengkeramannya pada kekuasaan.

Arab Saudi telah menghadapi kritik global sejak pembunuhan brutal terhadap jurnalis Jamal Khashoggi di dalam konsulat Saudi di Istanbul pada Oktober tahun lalu.

Pembunuhan itu memicu pengawasan yang tak pernah terjadi sebelumnya terhadap catatan hak asasi manusia kerajaan, termasuk tindakan keras terhadap aktivis perempuan, yang banyak di antara mereka menuduh interogator melakukan pelecehan dan penyiksaan seksual.

Jaksa Saudi menolak tuduhan tersebut di pengadilan.

Riyadh telah menghadapi tekanan dari pemerintah negara-negara Barat untuk membebaskan perempuan-perempuan itu, yang sebagian besar ditahan pada musim panas tahun lalu dalam penumpasan luas terhadap para aktivis tepat sebelum pencabutan kebijakan larangan berkendara bagi perempuan yang sebelumnya telah berlaku selama puluhan tahun.

Pada April 2019, Arab Saudi melakukan tindakan keras baru yang mengirimkan gelombang kejut ke seluruh kerajaan.

Pihak berwenang menangkap setidaknya sembilan penulis dan akademisi, termasuk dua warga AS, dalam apa yang tampaknya menjadi tindakan keras terhadap pendukung aktivis perempuan yang ditahan, kata para pegiat.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya