Menkes Nila Terkenang Seorang Ibu di NTT yang Berjuang Cari Air Bersih

Kenangan Menkes Nila terhadap seorang ibu di Sumba, NTT yang berupaya mencari air bersih.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 19 Okt 2019, 07:00 WIB
Menkes Nila F. Moeloek memberi sambutan dalam peringatan Hari Aids Sedunia di Lapas Narkotika Kelas IIA Cipinang, Jakarta Timur, Senin (17/12). Hari AIDS Sedunia tahun ini mengusung tema 'Saya Berani, Saya Hebat'. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta Sebuah pengalaman sedih sempat disampaikan Menteri Kesehatan RI Nila Moeloek saat berkunjung ke Sumba, Nusa Tenggara Timur beberapa tahun silam. Masyarakat di sana sulit mendapatkan air bersih.

"Saya pernah punya pengalaman miris ke Sumba, NTT. Pada waktu itu, ada seorang ibu yang mengais-ngais air di selokan (alih-alih bermaksud mendapatkan air bersih) sambil menggendong anak," cerita Nila Moeloek saat ditemui di Kantor Kementerian Kesehatan, Jumat (18/10/2019).

"Dapatlah satu ember. Satu ember air buat apa? Buat mandi tentu enggak cukup."

Kesulitan akses air bersih menjadi salah satu persoalan kesehatan, terutama di pelosok wilayah Indonesia. Ketika air bersih tidak diperoleh, berbagai penyakit, seperti diare dapat menyerang masyarakat.

Simak Video Menarik Berikut Ini:

2 dari 3 halaman

Cacingan dan Stunting

Anak balita menangis saat ditimbang di Puskesmas, Kaduhejo, Pandeglang (14/9). Dengan puluhan penduduk mengalami gizi kurang, gizi buruk dan beberapa anak sudah divonis stunting, ini menjadi gambaran bagaimana sulitnya mencegah stunting. (Foto:Istimewa)

Nila melanjutkn, air yang terbilang kotor dibawa ibu tersebut mengakibatkan sang anak menderita cacingan. 

"Cacingan di daerah itu (NTT) tinggi. Ada juga bayi yang menderita cacingan. Ya, karena ibunya enggak pernah cuci tangan dengan air bersih. Enggak pernah ada air bersih juga. Maka, anaknya cacingan," lanjut Nila dengan ekspresi sedih.

Adanya permasalahan cacingan membuat anak mengalami gizi buruk, yang berujung stunting. NTT termasuk provinsi dengan prevalensi stunting tertinggi di Indonesia.

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, angka stunting di NTT sebesar 42,6 persen. Walaupun begitu ada penurunan stunting dibandingkan data Riskesdas 2013, stunting di NTT sebesar 51,7 persen.

3 dari 3 halaman

Membangun Embung

Pembangunan embung oleh Kementerian PUPR (Foto: Dok Kementerian PUPR)

Untuk menangani kejadian cacingan dan stunting, ada intervensi yang dilakukan pemerintah dalam beberapa tahun terakhir, yakni membangun embung.

"Banyak embung dibuat oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). Jadi, embung itu bukan hanya sebagai pengairan sawah, melainkan penyediaan kebutuhan air bersih untuk masyarakat," Nila melanjutkan.

Embung adalah cekungan yang digunakan untuk mengatur dan menampung suplai aliran air hujan. Air bersih dari embung juga dimanfaatkan untuk kebutuhan rumah tangga.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya