Ratusan Guru Pendidikan Pancasila di Garut Belajar Ilmu Jurnalistik

Para Guru di sekolah merasa terganggu dengan menjamurnya wartawan abal-abal dengan dalih audit anggaran

oleh Jayadi Supriadin diperbarui 13 Okt 2019, 20:00 WIB
Sekitar 130 guru Pancasila di Garut tengah fokus mengikuti kelas jurnalis yang digelar MGMP – PPKN (Liputan6.com/Jayadi Supriyadin)

Liputan6.com, Garut - Sekitar 130 guru mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKN) Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Garut, Jawa Barat, nampak antusias mengikuti kelas jurnalistik.

Mereka sengaja menggelar kegiatan tersebut, untuk menimba ilmu tulis menulis ala wartawan, sebagai ikhtiar kebutuhan sekolah dalam mengembangkan proses literasi kepada siswa didik.

"Kami mejadi tahu juga sebenarnya tugas wartawan itu bagaimana," ujar Ketua Musyawarah Guru Mata Pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (MGMP – PPKN) Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Garut Rahayu Tofan Anugrah, Sabtu (12/10/2019).

Mengenakan setelan baju batik, para pengajar mata pelajaran pancasila itu mengaku butuh banyak informasi ihwal dunia kerja wartawan.

Mendapatkan kelas pendidikan jurnalistik dari penulis senior mantan wartawan Tribun Mustofa Fatah dan wartawan Liputan6.com, Jayadi Supriyadin, mereja nampak aktif bertanya mencari infomasi mengenai dunia jurnalistik.

"Kami juga berupaya melaksanakan kelas literasi bagi para siswa," ujar dia.

Menurut Rahayu, kegiatan jurnalistik penting bagi sekolah, selain memberikan edukasi bagi siswa, kegiatan tersebut sekaligus tameng terhadap wartawan abal-abal yang selama ini menjadi momok bagi sekolah.

"Sebenarnya dunia jurnalistik itu bagaimana, sebab sesuai UU Pers Nomor 40 tahun 1999 sudah jelas semuanya," papar dia.

Curhatan Rahayu memang cukup beralasan, sebagi pembimbing mata pelajaran pancasila, para guru PPKN di sekolah kerap menjadi gada pertama menghadapi tingkah polah wartawan bodrek alias abal-abal. "Bagi kami peran media cukup penting, namun yang mencerdaskan dan mencerahkan," kata dia.

Tety, salah satu guru mata pelajaran di salah satu SMK swasta di Garut mengaku kerap ‘panas dingin’ saat ditemui wartawan yang tidak jelas.

"Mereka terkadang menanyakan soal anggaran sebuah kegiatan, padahal kami hanya melaksanakan," ujar dia.

Ia berharap dengan banyaknya informasi yang disampaikan, peran guru PPKN dalam mengajarkan literasi berjalan mulus, termasuk perlawanan terhadap wartawan abal-abal. "Ada pencerahan yang bisa kami lakukan," kata dia.

2 dari 2 halaman

Peran Media

Para guru Pancasila di Garut tengah berfoto melepas mengikuti kelas jurnalis yang digelar MGMP – PPKN (Liputan6.com/Jayadi Supriyadin)

Nono Kartono, salah seorang guru PPKN lainnya mengatakan, selain mendapatkan ilmu tulis menulis dari wartawan, pelatihan kelas jurnalistik bagi guru pancasila merupakan hal baru. "Banyak informasi yang didapat," kata dia.

Menurutnya, fungsi literasi di kalangan siswa didik sekolah memang terbilang mini, sehingga dibutuhkan upaya sekolah untuk menggugahnya.

"Bukan kami tidak mau (menulis), namun pemahaman kami mengenai dunia tulis menulis media masih minim," kata dia.

Saat ini keberadaan hasil tulisan pelajara termasuk di guru di tiap sekolah masih terbilang rendah, sehingga dibutuhkan upaya untuk mereka menghasilkan karya tulis baru yang menyegarkan.

"Apalagi sekarang menghadapi era 4.0, guru didesain siap menghadapi perkembangan jaman," kata dia.

Rahayu menambahkan, untuk merangsang minat guru dan para pelajar di sekolah, lembaganya ujar dia berencana semakin intens menggelar kegiatan serupa di sekolah. "Saat ini banyak kelas jurnalistik di sekolah, tapi masih minim aplikasi," kata dia.

Dengan upaya itu, diharapkan lebih banyak karya tulisan yang dihasilkan untuk meningkatkan kualitas literasi sekolah. "Semakin banyak pelajar yang menulis berita semakin baik," kata dia.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya