Indonesia Sasar Amerika Latin Buat Perluas Pasar Ekspor

Produk yang dapat didorong untuk memasuki pasar Amerika Latin, di antaranya produk makanan dan minuman (mamin) dan furniture.

oleh Liputan6.com diperbarui 25 Mar 2019, 17:19 WIB
Kapal mengangkut peti kemas dari JICT, Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (6/11). Berdasarkan data BPS, pertumbuhan ekspor kuartal III/2018 mencapai 7,7 persen, berbanding jauh dengan kuartal III/2017 sebesar 17,26 persen. (Merdeka.com/ Iqbal S. Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta - Sekretaris Ditjen Amerika dan Eropa Kementerian Luar Negeri, Ratu Silvy Gayatri, mengatakan saat ini Indonesia tengah berusaha menggarap potensi pasar ekspor baru. Salah satu pasar non tradisional yang tengah dibidik Indonesia adalah Amerika Latin.

"Nilai perdagangan latin amerika USD 1,18 miliar, ini pasar nontradisional yang perlu kita garap dengan sungguh-sungguh dan dijadikan prioritas," kata dia, di Kementerian Perdagangan, Senin (25/3/2019).

Menurut dia, produk-produk yang dapat didorong untuk memasuki pasar Amerika Latin, di antaranya produk makanan dan minuman (mamin) dan furniture.

"Sebetulnya ada yang sudah masuk. Seperti mamin dan Panama itu salah satu hub pelabuhan. Jadi yang ke Amerika Serikat, ke panama dulu. Itu kan ada di tengah. Jadi itu harus dimanfaatkan," ujar dia.

Menurut dia, salah satu upaya yang bakal dilakukan pemerintah adalah dengan membentuk Indosia-Latin America Business Council. Pembentukan dewan tersebut ditargetkan rampung sebelum gelaran TEI 2019 yang dimulai pada 16 Oktober mendatang.

"Dalam waktu dekat kita bentuk Indonesia-Latin America Business Council, B2B yang bergerak, karena percuma pemerintah kerja sama dengan negara itu tapi tidak ada eksekutor. Tanggal 15 itu nanti. Sebelum TEI tanggal 16 (Oktober),"

Saat ini, tantangan untuk memasuki pasar Amerika Latin cukup beragam. Lokasi geografis yang jauh, kata dia, kerap menjadi kendala. "Dari segi geografis memang jauh, tapi kan tinggal tambah dua jam saja dari Amerika Serikat," jelasnya.

Selain itu, tarif bea masuk ke pasar Amerika Latin, harus diakui memang masih tinggi. "Ada tarif. Kita sekarang sedang lakukan perundingan. Ada dengan Cili sudah selesai. Peru masih proses. Itu step by step. Kita harus berupaya lakukan penetrasi peasar melalui perundingan di kawasan sana," ungkap dia.

Harusnya tarif sampai nol biar kita bisa masuk. Kalau non-tariff, hambatannya ada karantina. Mereka kan juga proteksi diri, karena mereka pertaniannya sudah maju, jadi mereka lakukan itu. Tapi kalau kita punya perjanjian, pasti itu bisa diminimalisir," imbuhnya.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Pertahankan Pasar Utama

Aktivitas bongkar muat barang ekspor impor di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (17/7). Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan kinerja ekspor dan impor Indonesia mengalami susut signifikan di Juni 2017. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan, Arlinda, mengatakan bahwa upaya penetrasi ke pasar Amerika Latin memang bagian dari strategi Kementerian Perdagangan untuk mendorong dan memperluas pasar ekspor Indonesia.

"Pasar kita tetap adalah mempertahankan pasar utama, tapi kita juga lakukan ke pasar nontradisional, diantaranya ada Asia Selatan, Srilangka Bangladesh, Pakistan, dan India," ujar dia.

Terkait tarif bea masuk yang masih tinggi, Arlinda mengatakan, Kementerian Perdagangan akan menempuh cara perjanjian bilateral dengan negara-negara Amerika Latin untuk mengatasi masalah tersebut.

"Ya pemerintah kan lewat Kemendag sedang melakukan beberapa perundingan bilateral, mungkin sudah kita dengar dari Pak Menteri (Perdagangan) target tahun ini ada beberapa perjanjian perdaganagn yang akan kita lakukan," tandasnya.

 Reporter: Wilfridus Setu Embu

Sumber: Merdeka.com

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya