Ingin Ikut China Membangun Jalur Sutera Baru, Italia Bikin Gerah AS dan Uni Eropa

Sinyal ketertarikan Italia terhadap inisiatif Jalur Sutera Baru besutan China, membuat gusar Amerika Serikat dan Uni Eropa.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 21 Mar 2019, 18:01 WIB
Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte (AP/Gregoria Borgia)

Liputan6.com, Roma - Baru-baru ini, pemerintah Italia mengisyaratkan tekadnya untuk memainkan peran sentral dalam rencana besar China dalam membangun Jalur Sutera Baru untuk perdagangan global, meskipun hal tersebut "membuat gerah" Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa (UE).

Pemerintah populis Italia menyatakan siap mendukung keikutsertaannya dalam proyek Jalur Sutera Baru senilai US$ 1 triliun besutan China, di mana akan menjadikannya sebagai proyek perdagangan global paling terpadu.

Dikutip dari The Guardian pada Kamis (21/3/2019), proyek tersebut akan menghubungkan perniagaan antara Asia, Timur Tengah, Afrika dan Eropa melalui jaringan pelabuhan, kereta api, terowongan dan infrastruktur lainnya.

Italia dikabarkan akan menandatangani nota kesepahaman yang tidak mengikat (MoU) selama kunjungan Presiden China Xi Jinping ke Negeri Pizza, pada pekan ini.

MoU tersebut akan menjadikan Italia sebagai negara G7 pertama pendukung inisiatif Jalur Sutera Baru, dan berharap akan menghidupkan kembali ekonominya yang lesu, sekaligus membantu membuka akses lebih besar terhadap pasar besar China.

Gerakan Lima Bintang (M5S), partai populis yang memerintah bersama Liga sayap kanan, telah menjadi kekuatan pendorong di belakang kolaborasi China dan Italia, dalam sebuah inisiatif yang diyakini Washington sebagai upaya Beijing dalam memperkuat pengaruh politik dan strategisnya.

Garrett Marquis, juru bicara kelompok penasihat keamanan nasional Gedung Putih, awal bulan ini memperingatkan Italia untuk tidak memberikan legitimasi pada "proyek kesombongan infrastruktur" China, dan menyebut hal itu dapat merusak reputasi globalnya.

Di lain pihak, Uni Eropa khawatir perjanjian Italia dan China akan memicu perpecahan dengan negara-negara anggota lainnya, yang tengah mewaspadai tujuan ekspansionis Beijing.

Manlio Di Stefano, seorang wakil menteri di kementerian luar negeri Italia dan anggota M5S, menepis kekhawatiran di atas, mengatakan bahwa kesepakatan itu tentang Italia "menciptakan peluangnya sendiri".

"Ini adalah inisiatif kolaboratif yang akan memungkinkan Italia untuk mengekspor lebih banyak, dan berpartisipasi dalam infrastruktur Jalur Sutera Baru," katanya.

"Ini pasti akan menjadi hal yang baik bagi perekonomian Italia. Banyak negara Uni Eropa telah memiliki perjanjian komersial besar dengan China, jadi mengapa harus khawatir?" lanjut Di Stefano.

 

Simak video pilihan berikut: 

 

2 dari 2 halaman

Diyakini Baik Bagi Ekonomi Nasional Italia

Presiden Cina Xi Jinping seusai berbicara kepada awak media di Bandara Internasional Hong Kong, Kamis (29/6). Selama sepekan terakhir, Kepolisian Hong Kong sudah melakukan berbagai antisipasi terkait kunjungan Presiden Xi Jinping. (AP Photo/Kin Cheung)

Sementara itu, Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte bersikeras pada hari Selasa, bahwa langkah yang diambil pemerintahannya itu akan baik bagi ekonomi nasional, memungkinkannya untuk meningkatkan ekspor ke "pasar dengan ukuran sangat besar", namun tidak mengancam posisi geo-politiknya.

Conte berpendapat bahwa memorandum dengan China sepenuhnya sejalan dengan strategi UE untuk meningkatkan hubungan infrastruktur antara Eropa dan Asia.

"Faktanya, itu mempromosikannya (strategi UE) karena tidak ada negara anggota lain yang bergerak lebih jauh dalam kerja sama dengan China," kata Conte.

Presiden China Xi Jinping diperkirakan tiba di Roma pada Kamis sore waktu setempat, sebelum melakukan perjalanan ke Palermo, Monako, dan Paris.

Meski begitu, koalisi oposisi Liga menyatakan sikap kontra, dan berpendapat bahwa kesepakatan apa pun harus melindungi kepentingan nasional Italia.

"Jika itu masalah membantu perusahaan Italia berinvestasi di luar negeri, kami bersedia berbicara dengan siapa pun," kata Matteo Salvini, pemimpin partai Liga, yang juga menjabat sebagai wakil perdana menteri.

"Tetapi jika itu adalah masalah menjajah Italia dan perusahaannya dengan kekuatan asing, tidak!" lanjutnya tegas.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya