Akhir Proyek Mesin Pencari Google untuk Tiongkok

Berdasarkan laporan terbaru, situs 365.com sebagai modal proyek ini telah dimatikan sehingga masa depan Dragonfly kian tidak pasti.

oleh Agustinus Mario Damar diperbarui 20 Des 2018, 16:00 WIB
Kantor pusat Google di Mountain View. Liputan6.com/Jeko Iqbal Reza

Liputan6.com, Jakarta - Beberapa waktu lalu, Google dilaporkan tengah mengembangkan mesin pencari untuk pengguna Tiongkok. Lewat proyek bernama Dragonfly, mesin pencari ini disebut akan dilengkapi mesin sensor khusus.

Meski belum resmi diperkenalkan, proyek ini ternyata sudah menuai banyak protes. Bahkan, protes banyak dilayangkan dari pihak internal Google.

Terbaru, berdasarkan laporan The Intercept, Google disebut telah menghentikan kelanjutan proyek Dragonfly. Dikutip dari The Verge, Kamis (20/12/2018), keputusan penghentian ini diambil mengingat kontroversi yang menyelimuti proyek tersebut.

Jadi, situs 365.com yang akan dijadikan sebagai basis data untuk proyek ini ternyata sudah dimatikan. Sekadar informasi, 365.com merupakan model awal untuk proyek ini.

Dari informasi yang dihimpun, mesin pencari ini sebenarnya tidak berdiri sendiri melainkan terhubung dengan Baidu. Mesin ini sebenarnya dibuat untuk untuk mengumpulkan informasi yang banyak dicari pengguna internet di Tiongkok.

Dengan ditutupnya situs 365.com, tim Dragonfly pun dipastikan akan kesulitan untuk mengumpulkan data seputar pencarian pengguna di Tiongkok. Karenanya, proyek ini disebut-sebut tidak lagi dilanjutkan Google.

Terlebih, CEO Google Sundar Pichai saat bertemu dengan House of Representative Amerika Serikat menyebut pihaknya tidak memiliki rencana merilis produk di Tiongkok. Dengan kata lain, hampir tidak masa depan untuk kelanjutan proyek ini.

Terlebih, proyek ini juga menuai kecaman dari sejumlah pihak. Salah satu perhatian adalah adalah bentuk penyaringan hasil pencarian yang disesuaikan dengan ketentuan pemerintah Tiongkok.

2 dari 3 halaman

Bos Google Tunjukkan Kemungkinan Rilis Mesin Pencari di Tiongkok

CEO Google Sundar Pichai. Liputan6.com/ Jeko Iqbal Reza

Kendati demikian, bukan berarti Google akan benar-benar berhenti menggarap mesin pencari untuk pasar Tiongkok. Alasannya, Google sejauh ini tampak terus mencari cara agar bisa kembali merilis mesin pencari di Tiongkok.

"Kami pikir adalah tugas kami mengeksplorasi kemungkinan memberi pengguna akses ke informasi. Kami mengeksplorasi seperti apa mesin pencari jika dirilis di negara seperti Tiongkok," tutur CEO Google Sundar Pichai saat bertemu dengan House of Representative Amerika Serikat.

Pichai enggan merinci proyek itu. Namun ia mengatakan "pada satu titik", perusahaan memiliki lebih dari 100 orang mengerjakan proyek tersebut.

3 dari 3 halaman

CEO Google Buka Suara soal Mesin Pencari Khusus Tiongkok

CEO Sundar Pichai ketika membawakan keynotes di Google I/O 2017. (Doc: Google HQ)

Pichai sebelumnya sempat buka suara soal mesin pencari khusus Tiongkok. Ia membenarkan Google sedang menyiapkan mesin pencari tersebut, tapi masih dalam tahap awal pengembangan, sehingga belum dapat dipastikan akan bisa dirilis atau tidak.

Pichai menyampaikan hal tersebut dalam sebuah konferensi di San Francisco, AS. Menurut dia, Google memang berencana menghadirkan mesin pencari itu, tapi masih dalam tahap eksplorasi.

"Kami ingin mempelajari bagaimana jika Google ada di Tiongkok, jadi itulah yang kami buat di internal. Ini masih sangat awal, kami tidak tahu apakah akan atau bisa melakukannya di Tiongkok, tapi kami merasa ini penting untuk dijajaki," ungkap Pichai.

Rencana ini, katanya, dirasa penting dilakukan mengingat pentingnya pasar Tiongkok dan jumlah konsumen yang banyak di negara tersebut.

Berdasarkan pengujian internal, Pichai mengatakan Google mampu melayani lebih dari 99 persen pertanyaan yang diajukan di mesin pencari tersebut.

Tiongkok merupakan salah satu pasar terbesar di dunia, mengingat besarnya jumlah penduduk. Namun, bisnis Google belum begitu optimal karena absennya layanan Search di negara tersebut.

Google menarik layanan mesin pencarinya delapan tahun lalu sebagai bentuk protes terhadap regulasi sensor, dan dugaan peretasan yang dilakukan pemerintah setempat.

(Dam/Ysl)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya