Inflasi November 2018 0,27 Persen, Ini Respons Sri Mulyani

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi pada November 2018 sebesar 0,27 persen.

oleh Merdeka.com diperbarui 03 Des 2018, 14:35 WIB
Menkeu Sri Mulyani (dua kanan) didampingi Menko Perekonomian Darmin Nasution (kanan), Gubernur BI Perry Warjiyo (dua kiri), dan perwakilan OJK Nurhaida (kiri) saat meluncurkan Paket Kebijakan Ekomomi XVI, Jakarta, Jumat (16/11). (Liputan6.com/AnggaYuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi pada November 2018 sebesar 0,27 persen. Secara kumulatif, tahun kalender berjalan, inflasi sebesar 2,50 persen dan secara tahunan mencapai 3,23 persen.

Menteri Keuangan, Sri Mulyani mengatakan, inflasi tersebut masih berada dalam kisaran di Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN) 3,5 plus minus 1 persen. Dengan demikian, hal ini menandakan Indonesia menjaga ekonomi dengan baik. 

"Artinya Indonesia dari sisi track record karena ini 4 tahun berturut-turut inflasi di sekarang 3 persen di tengah gejolak minyak dan kurs yang naik turun," ujar Menkeu Sri di Ritz Carlton, Jakarta, Senin (3/12/2018).

Sri Mulyani mengatakan, inflasi ini menandakan Indonesia bisa menjaga kualitas ekonomi. Hal ini juga merupakan bentuk kredibilitas kebijakan moneter yang telah dilakukan oleh pemerintah.

"Ini artinya Indonesia bisa jaga kualitas. Ini bentuk kredibilitas dari kebijakan moneter dan dari sektor riil pengadaan barang stabilitas," tutur dia.

Sebelumnya, Kepala BPS, Suhariyanto, mengatakan sumbangan inflasi terbesar berasal dari kelompok komoditas transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan dengan andil sebesar 0,10 persen dan inflasi sebesar 0,56 persen.

"Komoditas yang memberikan sumbangan andil terhadap inflasi yaitu tarif angkutan udara sebesar 0,05 persen, bensin sebesar 0,02 persen dan tarif pulsa sebesar 0,01 persen," kata dia di Kantornya, Jakarta, Senin 3 Desember 2018.

 

Reporter: Anggun Situmorang

Sumber: Merdeka.com

 

2 dari 2 halaman

Pemicu Inflasi November 2018

Pedagang merapikan barang dagangannya di Tebet, Jakarta, Senin (3/10). Secara umum, bahan makanan deflasi tapi ada kenaikan cabai merah sehingga peranannya mengalami inflasi. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi pada November 2018 sebesar 0,27 persen. Inflasi ini menurun tipis dari bulan sebelumnya sebesar 0,28 persen.

Sementara secara tahun kalender berjalan, inflasi sebesar 2,50 persen dan secara tahunan mencapai 3,23 persen. Kepala BPS, Suhariyanto mengatakan, sumbangan inflasi terbesar berasal dari kelompok komoditas transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan dengan andil sebesar 0,10 persen dan inflasi sebesar 0,56 persen. 

"Komoditas yang memberikan sumbangan andil terhadap inflasi yaitu tarif angkutan udara sebesar 0,05 persen, bensin sebesar 0,02 persen dan tarif pulsa sebesar 0,01 persen," kata dia di Kantornya, Jakarta, Senin 3 Desember 2018.

Kemudian, kelompok selanjutnya disumbang dari kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar dengan andil sebesar 0,06 persen dan inflasi sebesar 0,24 persen. 

"Inflasi kelompok perumahan disumbang oleh upah tukang bukan mandor, peningkatan beberapa bahan bangunan, seperti besi beton dan cat tembok, serta kenaikan sewa kos," kata dia.

Selain itu, penyumbang inflasi selanjutnya terjadi pada komoditas bahan makanan yakni dengan sumbangan sebesar 0,05 persen dengan inflasi sebesar 0,24 persen. Ini terjadi karena beberapa komoditas makanan mengalami kenaikan, dan faktor cuaca juda menjadi pemicu kenakkan ini.

"Kenaikan harga bawang merah memberi andil 0,04 persen, beras 0,03 persen, telur ayam ras dan tomat sayur masing-masing 0,01 persen," kata dia.

Meski begitu, lanjut dia ada beberapa komoditas yang alami penurunan harga yakni cabai merah daging ayam ras, beberapa buah-buahan dan minyak goreng.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya