Ada Katalis Positif Dalam Negeri, IHSG Bakal Menguat Terbatas

Di awal pekan ini, IHSG secara dominan akan dibayangi sentimen dalam negeri.

oleh Bawono Yadika diperbarui 12 Nov 2018, 06:20 WIB
Indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup melemah 0,33% atau 18,94 poin ke level 5.693,39, Jakarta, Selasa (30/5). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi bergerak menguat terbatas pada perdagangan saham Senin (12/11/18) pekan ini. IHSG akan diperdagangkan pada kisaran level 5.820 5.990.

Managing Director Jagartha Advisors, FX Iwan mengatakan, di awal pekan ini IHSG secara dominan akan dibayangi sentimen dalam negeri. Meski demikian, IHSG diramal berpeluang menguat terbatas pada pergerakan indeks.

"Perdagangan pekan ini akan banyak dipengaruhi oleh beberapa data rilis domestik seperti data neraca transaksi berjalan (current account), neraca perdagangan dan juga keputusan suku bunga Bank Indonesia," tutur dia di Jakarta.

Pergerakan indeks, lanjut dia, kemungkinan di perdagangkan di zona hijau terbatas pada kisaran level 5.820-5.990.

Hal ini mengingat masih terdapat potensi defisit neraca transaksi berjalan yang dapat menyebabkan tekanan terhadap nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.

Memiliki prediksi serupa, Head of Research Reliance Sekuritas Lanjar Nafi Taulat meramalkan, secara teknikal IHSG akan bergerak cenderung mencoba menguat bertahan pada area dengan support resistance antara lain di rentang 5.820 hingga 5.900.

Sementara itu, untuk saham rekomendasi hari ini, pilihan saham yang dapat dijadikan anjuran menurut Iwan ialah saham-saham dengan pertumbuhan laba yang lebih baik, terutama memiliki risiko balance sheet yang rendah dan juga memiliki cash flow yang kuat.

Saham-saham itu seperti PT Astra International Tbk (ASII), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI),  dan PT United Tractors Tbk (UNTR).

Sedangkan Lanjar menganjurkan saham-saham cuan yakni saham PT AKR Corporindo Tbk (AKRA), PT Kalbe Farma Tbk (KLBF), PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), serta PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk (INKP).

2 dari 2 halaman

Hitung Indeks LQ45 dan IDX30, BEI Terapkan Metode Baru

Suasana di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (2/11/2015). Pelemahan indeks BEI ini seiring dengan melemahnya laju bursa saham di kawasan Asia serta laporan kinerja emiten triwulan III yang melambat. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

PT Bursa Efek Indonesia (BEI) akan menerapkan penyesuaian metode baru untuk perhitungan indeks terkait minimal jumlah saham emiten yang beredar (free float adjusted indeks) terhadap kapitalisasi pasar.

Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI Laksono Widodo mengatakan, definisi yang BEI gunakan untuk penerapan free float antara lain seperti jumlah saham free float relatif terhadap total saham tercatat. Sedangkan free float ialah total saham scripless yang dimiliki investor dengan kepemilikan kurang dari 5 persen.

Ia menambahkan, dengan penyesuaian sistem free float akan terjadi penyesuaian (adjustment) dari saham-saham yang telah ada dalam indeks LQ45 dan IDX30.

Adapun tujuan penerapan free float, lanjut dia, bertujuan untuk memberikan gambaran riil nilai saham yang dapat diperoleh investor. Itu dengan mengecualikan nilai saham yang dimiliki oleh pemegang saham pengendali atau strategis.

"Tujuannya karena fairness, di semua industri ada free float adjusted. Kalau perusahaan market cap-nya besar tapi free float-nya kecil, kan kasian aset manager karena tidak ada barang," kata dia.

"Perusahaannya besar tapi saham yang tersedia kecil. Akibatnya terjadi valuasi yang bisa naik karena mengejar barang yang sama. Fairness," tambah dia.

 

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya