Taiwan Dituduh Membayar Mahasiswa China untuk Menjadi Mata-Mata

Taiwan dituduh melakukan sabotase terhadap mahasiswa China untuk mencuri data intelijen Beijing.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 17 Sep 2018, 08:01 WIB
Tentara melewati sebuah stiker yang menampilkan wilayah China bersatu dengan Taiwan (AP Photo)

Liputan6.com, Beijing - Pemerintah China menuduh agen mata-mata Taiwan meningkatkan upaya untuk mencuri data intelijen dengan tujuan "infiltrasi" dan "sabotase". Hal itu kembali menandakan risiko konflik lebih lanjut yang telah terjadi di antara kedua negara.

"Lembaga-lembaga terkait di Taiwan harus segera mengakhiri kegiatan semacam itu," kata kantor berita resmi Xinhua, mengutip An Fengshan, juru bicara Kantor Urusan Taiwan yang membuat kebijakan China.

Pada Sabtu, 15 September 2018, televisi pemerintah China menayangkan serangkaian program yang merinci kasus-kasus di mana mahasiswa Tiongkok yang belajar di Taiwan, telah ditargetkan oleh mata-mata domestik yang "merayu mereka dengan uang, cinta, dan persahabatan".

Dikutip dari The Guardian, Minggu (16/9/2018), tuduhan itu muncul ketika China meningkatkan upaya untuk mendorong Taiwan bergabung kembali dengan Beijing secara permanen, termasuk melalui identitas baru yang khusus.

Di lain pihak, pemerintah Taiwan telah memperingatkan seluruh warganya untuk berhati-hati terhadap risiko terlibat urusan dengan China, yang dinilai otokratis.

Jauh sebelum munculnya kisruh terkait, China dan Taiwan diketahui telah sering saling menuduh tentang aktivitas mata-mata.

Pada 2017, seorang mahasiswa Tionghoa yang belajar di Taiwan dijatuhi hukuman penjara karena mengumpulkan informasi sensitif melalui kontak di perguruan tinggi dan departemen pemerintah, termasuk mencoba membangun jaringan mata-mata di negara pulau itu.

Taiwan telah memungkinkan mahasiswa China untuk belajar di berbagai universitasnya sejak 2009.

 

Simak video pilihan berikut: 

 

2 dari 2 halaman

China Terus Berupaya Menekan Taiwan

Presiden China Xi Jinping menyantap pancake buatannya bersama Presiden Rusia Vladimir Putin di sela acara Eastern Economic Forum di Vladivostok, Rusia, Selasa (11/9). (Sergei Bobylev/TASS News Agency Pool Photo via AP)

Sejauh ini, China selalu memandang Taiwan yang demokratis sebagai "provinsi tersesat", dan terus berupaya untuk membawanya kembali bernaung di bawah Beijing.

Meski tidak melakukan kontak langsung, China selalu berusaha menekan Taiwan dengan menempatkan kapal perang dan jet tempur di perairan sekitar negara pulau tersebut.

Dalam beberapa bulan terakhir, China juga disebut telah berhasil memikat sebagian dari sedikit negara di dunia yang mengakui Taiwan sebagai sebuah pemerintahan mandiri.

Meski begitu, Taiwan tidak tinggal diam dengan isolasi yang dilakukan oleh China. Negara pulau itu diduga telah diam-diam memelihara hubungan keamanan dengan kekuatan regional lainnya, termasuk bertukar informasi mengenai penyebaran militer Negeri Tirai Bambu.

Amerika Serikat, yang tidak mengakui langsung tapi terus berhubungan dengan Taiwan, baru-baru ini meresmikan kantor perwakilan terbarunya di Taipei, yang oleh China dikritik menyerupai kedutaan besar.

Washington tidak menanggapi kritikan China, dan bahkan berencana mendatangkan pasukan khusus untuk menjaga kantor perwakilannya tersebut.

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya