Pelemahan Rupiah Paling Kecil Dibanding Mata Uang Lain

Cadangan devisa Indonesia dipastikan masih aman dan mencukupi untuk menjaga volatilitas rupiah.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 01 Mar 2018, 19:00 WIB
Jika dihitung dari awal tahun, volatilitas rupiah telah mencapai 8,3 persen.

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) menyatakan bahwa pelemahan rupiah hingga sempat menyentuh level 13.800 per dolar AS bukan karena faktor fundamental. Untuk mengatasi pelemahan tersebut, BI melakukan intervensi pasar dengan menggunakan cadangan devisa (cadev).

Jika dihitung dari awal tahun, volatilitas rupiah telah mencapai 8,3 persen. Meski begitu, angka tersebut masih lebih kecil dibanding dengan negara lain di dunia.

"Kalau dibandingkan negara yang yield tinggi seperti Indonesia, rupiah itu volatilitasnya paling minim. Tak seperti Brasil, Afrika Selatan, Turki, Meksiko, dan Rusia," kata Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia Doddy Zulverdi di Gedung Bank Indonesia, Kamis (1/3/2018).

Dari data yang disampaikan Doddy, secara year to date mata uang Brasil telah mengalami volatilitas sebesar 17 persen, Meksiko 14 persen, Afrika Selatan 18 persen, Turki 9,8 persen, dan Rusia 15 persen.

Sementara jika dibandingkan negara-negara di kawasan, hanya India yang masih lebih baik dari Indonesia. Mata uang India volatilitasnya sebesar 6,3 persen. Sementara, mata uang Malaysia melemah 11 persen, Thailand 10 persen, China 9,7 persen, dan Korea Selatan 9 persen.

"Namun jika dibandingkan sepanjang 2017, volatilitas kita secara year to date memang lebih tinggi. Sepanjang 2017 volatilitas rupiah hanya 3 persen. Dan itu juga paling rendah di antara negara lain," tegasnya.

 

2 dari 3 halaman

Guyur Pasar

Jika dihitung dari awal tahun, volatilitas rupiah telah mencapai 8,3 persen.

Doddy memastikan BI telah mengguyur pasar demi menjaga rupiah. Dia mengatakan, dengan adanya intervensi dari Bank Indonesia ini, pelemahan rupiah bisa lebih terkontrol. Hari ini, sesuai JISDOR rupiah melemah menjadi 13.793 per dolar AS dari sebelumnya 13.707 per dolar AS.

"Ini sebenarnya pengaruh global, terutama spekulasi pasar mengenai rencana kenaikan suku bunga oleh The Fed dalam FOMC bulan depan. Jadi bukan karena faktor domestik," ujar dia.

Bahkan, Dody memaparkan kondisi fundamental Indonesia justru menunjukkan tren perbaikan. Terlihat dari pertumbuhan ekonomi yang terus membaik dan inflasi lebih terkendali.

"Jadi kalau tadi kita lihat rupiah sempat di level 13.800 per dolar AS itu terlalu berlebihan dan tidak sesuai fundamentalnya. Makanya dari tadi pagi kita aktif di pasar. Bahkan sebenarnya rupiah punya potensi penguatan," tegasnya.

 

3 dari 3 halaman

Rahasia

Jika dihitung dari awal tahun, volatilitas rupiah telah mencapai 8,3 persen.

Hanya saja, Doddy tidak bisa memastikan berapa cadangan devisa yang telah diguyurkan ke pasar, mengingat itu adalah bagian dari strategi Bank Indonesia yang bersifat rahasia.

Sentimen seperti saat ini, diperkirakan Doddy, masih terus berlanjut hingga rapat FOMC usai dilaksanakan. Baru setelah itu, volatilitas rupiah lebih stabil. Meski begitu, cadangan devisa Indonesia dipastikan masih aman dan mencukupi untuk menjaga volatilitas rupiah tersebut.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya