Pengeroyokan Marbut di Garut Hoax, Motifnya Ekonomi

Polisi tidak menemukan fakta-fakta yang menguatkan adanya dugaan penganiayaan yang menimpa Uyu.

oleh Andry Haryanto diperbarui 28 Feb 2018, 18:26 WIB
Polres Garut saat penyelidikan laporan pengeroyokan ustaz (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Seorang marbut di Garut diduga membuat laporan palsu. Dia melaporkan bahwa dia dikeroyok dan dianiaya oleh sekelompok orang tidak dikenal. Namun, hasil penyelidikan polisi, laporan tersebut palsu.

"Tidak ditemukan adanya luka sedikit pun pada tubuh sebagaimana pengakuan korban dibacok oleh pelaku sebanyak lima orang," kata Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Jabar Kombes Umar Surya Fana, saat dikonfirmasi Liputan6.com, Rabu (28/2/2018).

Polisi tidak menemukan fakta-fakta yang menguatkan adanya dugaan penganiayaan yang menimpa Uyu. Adapun baju yang robek saat ditemukan oleh kepolisian bukan karena sabetan golok.

"Pada baju ditemukan robekan dengan sengaja bukan akibat dari benda tajam (golok)," kata Umar.

 

 

2 dari 3 halaman

Rekayasa

Polres Garut saat penyelidikan laporan pengeroyokan ustaz (Istimewa)

Uyu pertama kali ditemukan oleh Haji Agus dan istrinya yang akan salat Subuh di Masjid, Rabu (28/2/2018) sekitar pukul 04.20 WIB.

Saat membuka pintu, mesjid masih dalam keadaan gelap. Namun, ketika istri Haji agus menyalakan lampu dia terkejut melihat Uyu dengan keadaan tangan terikat mukena dan mulut tertutup serban. Kakinya terikat mukena dan kopiah sobek. Kemudian saksi bersama warga masyarakat membawa korban ke Puskesmas Pameungpeuk.

"Dari fakta-fakta di atas kesimpulan sementara bahwa kejadian tersebut adalah rekayasa korban yang meminta diperhatikan sisi ekonominya dengan penghasilan Rp 125 ribu per bulan," ujar Umar.

Tidak berhenti di sana, polisi masih mencari motif lainya dan aktor intelektual yang didalami penyidik.

3 dari 3 halaman

Cari Motif Lain

Polres Garut saat penyelidikan laporan pengeroyokan ustaz (Istimewa)

Dari penyelidikan kepolisian, Uyu mengaku bahwa peristiwa tersebut merupakan rekayasa dari korban itu sendiri.

"Korban mengakui bahwasanya peristiwa tersebut merupakan rekayasa dari korban itu sendiri," ujar Umar.

Motifnya sendiri adalah persoalan ekonomi di mana korban selaku marbut masjid tidak ada yang memperhatikan

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya