Sikap Politik Netral Jadi Dasar RI Berani Genjot Ekspor ke Qatar

Indonesia akan menggarap pasar ekspor di antaranya material bahan bangunan ke Qatar.

oleh Achmad Dwi Afriyadi diperbarui 10 Agu 2017, 19:05 WIB
Aktivitas bongkar muat barang ekspor impor di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (17/7). Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan kinerja ekspor dan impor Indonesia mengalami susut signifikan di Juni 2017. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Pengusaha yang tergabung dalam Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia ingin menggenjot ekspor ke Qatar meski, negara tersebut saat ini memiliki hubungan renggang dengan Arab Saudi dan kelompoknya.

Ketua Kadin Komite Tetap Timur Tengah dan OKI Fachry Thaib mengatakan, kondisi yang terjadi tak memiliki pengaruh apa-apa pada hubungan diplomatik Indonesia. Ini karena status Indonesia yang bersikap netral.

Dia mengatakan, Indonesia akan menggarap pasar ekspor di antaranya material bahan bangunan. Sebab, Qatar akan menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022 dan mengalokasikan belanja sebanyak US$ 22 miliar.

Sejauh ini, kendati Qatar memiliki hubungan yang renggang dengan Arab Saudi dan lainnya, negara ini masih mengonfirmasi menjadi tuan rumah Piala Dunia.

"Yang saya dengar mereka confirm (Piala Dunia). Yang paling penting setelah kami adakan pertemuan dengan Kementerian Luar Negeri  bahwa Indonesia netral, jadi jangan takut ekspor ke Qatar, enggak ada urusan. Kita netral aja," jelas dia di Kantor Kadin Jakarta, Kamis (10/8/2017).

Meski begitu, dia menuturkan, ada konsekuensi jika Indonesia tetap menggenjot ekspor ke Qatar. Salah satunya terkait dengan kenaikan biaya pengiriman.

"Sekarang ini akibat diblokade oleh negara-negara lain maka barang kita ekspor bisa Oman tetangganya, atau lewat negara Iran," jelas dia.

Meski demikian, dia mengatakan, kenaikan itu tak signifikan. Menurut hitungannya, jika sebelumnya biaya pengiriman per kontainer US$ 1.400-US$ 1.600, dengan kondisi tersebut kenaikannya menjadi US$ 1.600-US$ 1.800.

"Kalau dulu per kontainer  itu US$ 1.400-US$ 1.600 sekarang antara US$ 1.600-US$ 1800. Jadi kenaikannya tidak signifikan," tandas dia.

Tonton video menarik berikut ini:

 

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya