Lama Kelamaan Isu SARA Menjadi Antiklimaks

Spanduk bertuliskan "Warga Jakarta Sudah Bosan Dengan Isu Sara" kini bertebaran di Jakarta.

oleh Liputan6 diperbarui 07 Apr 2017, 11:02 WIB
Spanduk bertuliskan "Warga Jakarta Sudah Bosan Dengan Isu Sara" kini bertebaran di Jakarta.

Liputan6.com, Jakarta Setelah bertebaran spanduk-spanduk yang mengandung isu suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA), kini ada lagi spanduk yang bertuliskan "Warga Jakarta Sudah Bosan Dengan Isu Sara". Spanduk-spanduk yang menyatakan kebosanan warga jakarta dengan is SARA tersebut, hingga kini belum diketahui siapa yang memasangnya.

Namun, spanduk - spanduk tersebut ditemui di beberapa lokasi seperti di Halte Bank Indonesia, JPO Bundaran Hotel Indonesia, dan Halte Slipi Jaya. 

Selain itu, spanduk-spanduk itu juga dipasang di beberapa lokasi strategis lain, seperti di pintu masuk menuju Terminal Blok M di Jalan Panglima Polim dan di jalan tol menuju arah Grogol.

Hal itu ditanggapi oleh pengamat politik Karyono Wibowo. ia mengatakan maraknya penggunaan isu SARA pada Pilgub DKI Jakarta 2017 cepat atau lambat akan berakhir antiklimaks. Masyarakat bakal merasa jenuh dengan isu-isu SARA yang menyudutkan pasangan calon tertentu.

Seharusnya, kata Karyono, isu SARA tidak lagi dijadikan komoditas untuk menjatuhkan lawan. Isu SARA untuk menjatuhkan lawan hanya akan berakhir antiklimaks.

"Justru masyarakat tidak akan simpati kepada pasangan atau tim, pendukung yang menggunakan isu SARA untuk menjatuhkan pasangan tertentu. Semua pihak harus memberi contoh yang baik. Jakarta harus menjadi pilot project daerah lain," ucap Karyono di kawasan Cikini, Jakarta Pusat.

Hal senada juga disampaikan oleh cagub DKI Jakarta nomor urut dua, Djarot Saiful Hidayat. Menanggapi beredarnya spanduk yang bertuliskan ‘Warga Jakarta Sudah Bosan dengan Isu SARA’. Menurut Djarot, memang sudah seharusnya demikian sikap warga DKI Jakarta.

"Ya bosenlah (dengan isu SARA), memang seharusnyalah. Di gorang-goreng terus masalah isu SARA, utamanya agama, ya bosen, jenuh," ujar Djarot di kawasan Lebak Bulus, Jakarta Selatan.

Djarot Melanjutkan, ia sudah sejak lama menyampaikan agar seluruh lapisan masyarakat bisa memisahkan antara masalah agama dan politik dalam Pilkada ini.

“Harusnya dibedakan karena kita ini kan warga diminta untuk memilih pemimpin pemerintahan dan ini kan bukan hanya Pilkada itu bukan hanya di Jakarta saja, tapi di seluruh Indonesia,” ucap Djarot.

Djarot juga berbagi pengalamannya berkaitan dengan isu SARA yang kerap mencuat pada Pilgub DKI Jakarta 2017. Ketika itu mantan Walikota Blitar ini sedang menghadiri pengajian bersama warga. P

Pada saat bersamaan, mendadak ada pengajian juga di sebelah kegiatan yang dihadiri oleh Djarot dan menggunakan pengeras suara. Saat dicek, ternyata pengajian tersebut menggunakan kaset atau cd.

“Sekarang ada gejala baru, pengajian menyetel cd, jemaah nya tidak ada. Ini maksudnya apa gitu loh?,” ungkap Djarot.

Diungkapkan oleh Djarot, masyarakat sudah seharusnya sepakat, negara Indonesia adalah negara Pancasila. Dalam negara Pancasila, isu-isu SARA tidak semestinya digunakan.

“Kami sudah sepakat negara Pancasila yang punya Bhineka Tunggal Ika, kemudian keseluruhan diikat menjadi satu kesatuan dari Sabang sampai Merauke dengan NKRI dan sesuai konstitusi UUD 1945,” ujar Djarot.

(*)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya