Setiap Tahun 1.000 Perempuan Tinggalkan Arab Saudi, Ada Apa?

Seorang sosiolog di Riyadh mengatakan, setiap tahunnya sekitar 1.000 perempuan pergi meninggalkan Arab Saudi. Ia pun menjelaskan pemicunya.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 22 Mar 2017, 16:07 WIB
Perempuan Arab Saudi (AP)

Liputan6.com, Riyadh - Setidaknya 1.000 perempuan Arab Saudi dikabarkan meninggalkan negara itu setiap tahun karena diduga dipicu oleh fenomena misoginis yang disebut telah mendarah daging di sana. Pernyataan tersebut diungkapkan oleh seorang sosiolog di Riyadh.

Angka tertinggi terjadi di Kota Jeddah, sebuah wilayah yang dianggap lebih liberal.

Para perempuan yang memutuskan meninggalkan Arab Saudi tersebut dipandang sebagai mereka yang lelah dengan sistem sosial negara yang meremehkan wanita, hingga akhirnya mereka memutuskan untuk mencari kehidupan yang lebih baik. Demikian pernyataan Mansour al-Askar dari Imam Muhammad ibn Saud University seperti dikutip dari Independent, Rabu, (22/3/2017).

Arab Saudi hingga saat ini masih memberlakukan aturan yang dianggap mengekang kebebasan perempuan. Bahkan, negara kaya minyak itu merupakan satu-satunya di muka bumi yang menerapkan larangan menyetir bagi kaum Hawa.

Di negeri pimpinan Raja Salman tersebut, perempuan harus mendapat izin sebelum terlibat dalam berbagai aktivitas, mulai dari soal pendidikan, pekerjaan, bahkan meninggalkan rumah sekali pun.

Laporan Human Right Watch tahun 2016 menyebutkan, di Arab Saudi, kebebasan perempuan "sebagian besar sangat bergantung pada kebaikan wali mereka".

Sementara itu, meski sulit mengukur jumlah yang tepat dari para perempuan yang meninggalkan tanah air mereka, beberapa akademisi telah mengklaim bahwa kondisi tersebut memengaruhi perekonomian dan masyarakat di sana.

"Arab Saudi kehilangan banyak talenta," ujar seorang akademisi, Najah al-Osaimi kepada The Economist.

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya