Kisah Inspiratif Dua Sahabat, Sekolah Tak Pengaruhi Masa Depan

Kisah inspiratif dari 2 orang sahabat beda pekerjaan yang mengungkapkan bahwa sekolah tidak pengaruhi masa depan Anda.

oleh Annissa Wulan diperbarui 12 Sep 2016, 14:00 WIB
Kisah inspiratif dari 2 orang sahabat beda pekerjaan yang mengungkapkan bahwa sekolah tidak pengaruhi masa depan Anda.

Liputan6.com, Jakarta Jan Rees saat ini telah berusia 75 tahun dan tinggal di Bromsgrove, Worcestershire bersama suaminya, Jim yang berusia 66 tahun.

Setahun yang lalu, Jan menerima sebuah surat dari Ratu Elisabeth yang berisi penghargaan OBE, sejenis penghargaan bagi orang-orang paling berjasa untuk keluarga kerajaan Inggris.
Tentu saja hal ini begitu mengejutkan Jan dan keluarganya, seperti dilansir dari Dailymail.co.uk, Senin (12/9/2016).

Jan teringat bagaimana pada lebih dari 6 dekade yang lalu, dirinya gagal melalui sebuah tes di sekolah bernama 11 Plus.
Pada saat itu, tes 11 Plus sangat bergengsi dan ibunya, Gladys, sangat ambisius bahwa anak perempuan satu-satunya harus lulus tes ini.
Namun, kenyataannya berbeda, Jan gagal dan Gladys tidak bersedia bicara dengannya selama 2 minggu.

Jan teringat bagaimana Gladys sangat putus asa saat itu. Kedua orang tuanya putus sekolah pada usia 14 tahun, Gladys bekerja di kantor pos dan ayahnya, Francis menjadi petugas keamanan di kereta api.

Saat itu, keluarga Jan sangat menyedihkan, sebuah rumah dengan toilet di luar dan uang yang pas-pasan.

Apa yang diinginkan Gladys adalah kerja kantoran yang baik untuk Jan, di mana langkah pertama untuk mendapatkannya adalah dengan lulus tes 11 Plus.

Tidak heran, jika semua murid di sekolahan mencobanya dan Jan tidak menyangka bahwa tes tersebut akan menjadi hal yang besar dalam kehidupannya.

Sedangkan Audrie yang pernah menjadi teman sekantor Jan selama 6 tahun, teringat pada hal yang sama.

Jan dan Audrie adalah anak-anak yang manis dan tidak ada yang menyangka bahwa salah satu dari mereka akan gagal. Namun, mereka salah. Beberapa minggu setelah melakukan tes 11 Plus bersama-sama, sebuah surat datang yang menyatakan bahwa Jan gagal dan Audrie berhasil lolos.

Kemudian, Audrie pergi di dataran tinggi Alcester Grammar, sedangkan Jan tetap berada sekolah gereja St. Stephen kelas senior.

Hal ini tidak lantas membuat hubungan Audrie dan Jan menjadi berantakan. Jan memulai kembali hidupnya dengan keinginannya untuk bekerja dengan anak-anak berkekurangan di St. Stephen.
Hal ini tentu saja ditolah oleh Gladys, sedangkan Francis termasuk orang yang lebih santai.

Jan Rees saat berusia 12 tahun. Sumber : dailymail.co.uk.

Jan tidak peduli dengan berbagai pendapat orang tentang dirinya. Sedangkan Gladys tetap ingin Jan lolos tes 11 Plus yang kembali diadakan ketika usianya 13 tahun, dengan mengajarinya anak perempuannya itu secara pribadi. Namun, Jan gagal lagi lolos tes ini.

Persahabatan Jan dengan Audrie masih berjalan dengan baik. Jan bekerja di sebuah toko pakaian dan mulai berkencan dengan seorang pria bernama Roger.
Ketika usia Jan baru menginjak 17 tahun, dirinya hamil yang menyebabkan terselenggaranya pesta pernikahan serba terburu-buru.

"Kamu tidak berarti apa-apa lagi sekarang, Jan," ungkap Gladys yang merasa hidupnya telah hancur saat itu juga.

2 dari 3 halaman

Kebangkitan Jan

Roger dan Jan yang memiliki 2 anak perempuan, kemudian bercerai di saat usia Jan baru menginjak 25 tahun. Namun, beberapa tahun kemudian Jan bertemu dengan Mick dan memiliki 2 orang anak perempuan lagi, serta mengadopsi 2 anak laki-laki bernama Paul dan Robert, kembar berbeda usia 3 taun yang memiliki kesulitan dalam belajar.

Jan membeli sebuah rumah di Bromsgrove dan membuka tempat pembinaan bagi anak-anak yang memiliki kesulitan dalam belajar, sebuah pekerjaan sosial untuk membantu anak-anak yang memiliki trauma akibat ditinggalkan keluarganya.

Ide untuk membantu ini kemudian menjadi bisnis yang besar antara Jan dan Jim, seorang pekerja sosial yang banyak membantu Jan dalam mendirikan bisnisnya. Tidak dapat dipungkiri lagi, Jan dan Jim saling jatuh cinta dan memutuskan meninggalkan pasangan masing-masing untuk hidup bersama.

Jan dan Jim mendirikan Core Assets Group termasuk Foster Care Associates (FCA) dengan 35.000 anak di dalamnya membuat bisnis ini telah tersebar di 4 benua berbeda. Jan tidak lagi memiliki kekhawatiran akan uang, sehingga dirinya mendirikan sebuah badan amal yang diberi nama Rees Foundation.

Sayangnya, Gladys meninggal saat usia Jan masih 39 tahun, sehingga ia tidak bisa melihat banyak kesuksesan yang telah diraih anak perempuannya.

Jan sangat memahami ambisi ibunya yang menganggap bahwa pendidikan adalah sesuatu yang penting, namun bagi Jan sendiri karakter lebih penting bagi seseorang untuk mencapai sesuatu dalam hidup.

"Keberhasilan adalah tentang kepuasan diri sendiri dan tidak ada hubungannya dengan di mana Anda bersekolah," papar Jan.

3 dari 3 halaman

Kisah Audrie

Sedangkan menilik kisah Audrie, ia berprofesi sebagai seorang resepsionis.

Vic, ayah Audrie adalah seorang pemancing, sementara ibunya adalah pembantu rumah tangga. Tak satu pun dari mereka memiliki ambisi yang besar untuk anak perempuannya. Bahkan, menurut Vic, anak perempuan tidak memerlukan pendidikan yang tinggi.

Bagi Audrie, Jan adalah inspirasinya, sehingga pada saat tes 11 Plus berlangsung, Audrie pesimis dirinya akan lolos. Sangat mengejutkan kemudian bahwa dirinya lah yang lolos tes dan Jan gagal, terutama bagi Gladys.

Audrie di tahun 1950-an. Sumber : dailymail.co.uk.

Menempuh pendidikan di Alcester Grammar School, Audrie menyadari bahwa masih banyak anak lain yang jauh lebih cerdas dari dirinya dan ia pun memutuskan meninggalkan sekolah di usia 16 tahun untuk menjadi seorang penjahit dan perawat gigi.

Di usia yang ke-21 tahun, Audrie bertemu dengan Ken yang sekarang menjadi suaminya, dan memiliki 2 orang anak perempuan. Audrie memutuskan meninggalkan pekerjaannya ketika dirinya melahirkan.

Audrie dan Ken tidak pernah memiliki uang yang cukup untuk bersenang-senang, namun hidup mereka sangat bahagia.

Dengan alasan masa lalunya, Audrie mendorong anak-anaknya bekerja keras di sekolah. Menurutnya, pendidikan yang baik dapat memberikan pilihan, dan inilah yang membuatnya sangat bangga ketika kedua anak perempuannya berhasil menyelesaikan kuliah.

Ketika akhirnya Jan dan Audrie bertemu, mereka bercanda bahwa di mana pun tempatnya, sekolah bukanlah satu-satunya hal yang paling penting untuk menentukan masa depan seseorang, namun juga usaha dan kerja keras.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya