Ini yang Menggoda Joe Hart Gabung Torino

Joe Hart disambut meriah di Turin, kota dimana Torino bermain.

oleh Defri Saefullah diperbarui 31 Agu 2016, 17:51 WIB
Kiper anyar Torino, Joe Hart, berpose ke arah fans yang berada di depan kantor pusat klub asal kota Turin tersebut, Rabu (30/8/2016). Hart akan menjalani masa peminjaman setahun di rival sekota Juventus tersebut. (EPA/Alessandro Di Marco)

Liputan6.com, Turin - Joe Hart resmi gabung dengan klub seri A, Torino pada Rabu (31/8/2016) sebagai pemain pinjaman. Eks kiper Manchester City membuat banyak pihak geleng-geleng kepala dengan pilihannya.

Kiper berusia 29 tahun ini tetap dipandang sebagai salah satu kiper berbakat yang pantas membela klub besar. Namun ManCity tak mau melepasnya ke klub rival.

Hart sendiri memang sempat ragu untuk menerima pinangan dari Torino. Namun, dia mendapatkan penjelasan menarik dari eks rekannya di ManCity, Micah Richards yang sempat membela Fiorentina.

"Dia tanya saya soal Italia dan saya bilang kepadanya itu boleh jadi negara terindah yang bisa Anda kunjungi," ujar Richards seperti dikutip Guardian.

"Ini pengalaman terbaik di hidup saya. Saya hidup di Florence, kota yang luar biasa dan orang-orang memberi sambutan dengan ramah. Itu membuat saya betah."

2 dari 2 halaman

Tantangan untuk Hart

Hart menjadi pemain asal Inggris ke-34 yang pernah mengenyam sepak bola Italia. Sebut saja Paul Gascoigne, David Beckham, Ashley Cole, Paul Ince dan David Platt yang pernah merambah Italia.

Namun rata-rata pemain asal Inggris kurang berhasil di Italia. Perbedaan kultur sepak bola menjadi salah satu penyebab. Richards pun mengingatkan ini kepada Hart.

"Sangat berbeda ketimbang Inggris. Sepak bola Italia lebih mengedepankan taktik. Semua pemain tahu posisi masing-masing," kata bek yang kini bermain di Aston Villa itu.

"Semua orang tahu posisi masing-masing. Sepak bola di sini tak menguras fisik, itu cukup membantu saya."

Pemain Inggris lainnya, Tony Dorigo menceritakan pengalaman horornya bersama Torino. Dia meyakinkan Hart agar kuat mental.

"Saya ingat betul saat kami kalah di kandang, keesokan harinya fans menyerbu tempat latihan kami. Kami harus pergi ke tempat lain selama seminggu untuk berlatih," ujarnya.

"Sepak bola Italia sangat intens, sangat menegangkan. Sepak bola di sana sangat gila."

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya