Palestina Hilang dari Google Maps, Netizen Protes Berat

Forum Jurnalis Palestina menyebut keputusan ini merupakan bagian dari skema Israel mempertahankan nama negaranya

oleh Agustinus Mario Damar diperbarui 08 Agu 2016, 19:38 WIB
Warga Palestina melambaikan bendera nasional mereka saat menunggu live-screening pidato Presiden Mahmud Abbas sebelum pengibaran bendera Palestina di markas besar PPB di New York, Rabu (30/9/2015). (AFP PHOTO/ABBAS Momani)

Liputan6.com, Jakarta - Netizen internasional tengah menyoroti kebijakan Google sehubungan layanan Google Maps besutannya. Bagaimana tidak, raksasa mesin pencari itu diketahui telah 'menghapus' negara Palestina dari layanan pemetaan tersebut.

Berdasarkan penelusuran tim Tekno Liputan6.com, Senin (8/8/2016), ketika mencari Palestina, negara tersebut memang tak ditampilkan di peta. Meskipun penjelasan mengenai Palestina ditampilkan, nyatanya hanya Israel yang muncul di wilayah tersebut.

Bagian negara Palestina yang tak ada di Google Maps (sumber: googlemaps.com)

Keputusan ini jelas menyulut protes dari berbagi pihak, salah satunya adalah Forum Jurnalis Palestina. Dalam pernyataan resminya, keputusan Google disebut merupakan bagian dari skema Israel mempertahankan nama negaranya.

Cara itu, menurut mereka, ditempuh sekaligus untuk menegaskan kehadiran Israel bagi generasi berikutnya, juga untuk menghapus Palestina untuk selama-lamanya.

Mereka juga menilai langkah itu sengaja dirancang untuk memalsukan sejarah, geografi, serta hak rakyat Palestina untuk berada di tanah air mereka.

Bahkan, seorang netizen bernama Zak Martin telah mengajukan petisi untuk memasukkan Palestina ke dalam Google Maps. Melalui Change.org, ia menyebut hal ini merupakan penghinaan bagi rakyat dan jutaan orang yang terlibat dalam kampanye pembebasan Palestina.

Terlebih, Google Maps merupakan acuan bagi banyak orang di seluruh dunia, termasuk jurnalis, pelajar, dan pihak-pihak yang melakukan penelitian mengenai persoalan Israel-Palestina. Sejauh ini, petisi tersebut sudah ditandangani oleh 143 ribu orang. 

(Dam/Why)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya