FBI Ogah Jelaskan Cara Bongkar Keamanan iPhone

Setelah berhasil membobol keamanan iPhone milik tersangka penembakan di San Bernadino, FBI enggan mengungkapkan caranya ke Apple.

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 27 Apr 2016, 11:33 WIB
Sungguh ironis, sebab di awal kehadiran iPhone 5C, Apple tampak sangat optimis handset 'murah' perdananya itu akan mendapat sambutan baik.

Liputan6.com, Washington - Biro Investigasi Federal Amerika Serikat (Federal Berau of Investigation/FBI) sebelumnya dikabarkan menghabiskan US$ 1,3 juta atau sekitar Rp 17 miliar untuk membongkar sandi keamanan perangkat iPhone milik tersangka kasus penembakan San Bernadino, Syed Farook.

Sayangnya keberhasilan itu tidak membuahkan hasil berupa petunjuk mengenai kasus terkait itu. Menurut informasi yang dikutip Tekno Liputan6.com dari laman CNET, Rabu (27/4/2016), Apple penasaran bagaimana perangkat iPhone bisa diretas keamanannya.

Namun FBI sepertinya enggan mengungkapkan cara yang digunakan kepada perusahaan berlogo buah apel tersebut.

Berdasarkan The Wall Street Journal, FBI berargumen bahwa pihaknya tidak tahu banyak tentang bagaimana cara yang digunakan pihak ketiga untuk membobol keamanan perangkat iPhone 5c tersebut.

Dilaporkan pula, sebuah kelompok bernama Vulnerability Equities Process mungkin akan memberi tahu Apple kelemahan keamanan itu bisa diperbaiki. Syaratnya, FBI harus terlebih dahulu melaporkan kelemahannya.

Selasa lalu, ketika berbicara di sebuah event keamanan siber di Washington, Direktur FBI James Comey mengatakan, pengungkapan cara peretasan keamanan iPhone itu tidak perlu dilakukan.

"Yang terpenting, apakah kita peduli dengan kerentanan, atau kita hanya membeli sebuah perangkat tanpa memiliki pengetahuan yang cukup mengenai kerentanannya," ujar Comey saat itu.

Apple sendiri kepada media mengungkapkan, kerentanan apa pun tidak akan menghentikan perusahaan untuk memperkenalkan ponsel maupun software baru.

"Kami yakin, kerentanan (pada keamanan iPhone) yang dituduhkan pemerintah hanya berlangsung sementara," kata seorang eksekutif senior Apple.

(Tin/Why)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya