Menengok Kinerja Saham BUMN di 2016

Kinerja sektor properti masih terhalang oleh suku bunga acuan yang relatif tinggi.

oleh Achmad Dwi Afriyadi diperbarui 18 Feb 2016, 18:01 WIB
Pengunjung melintas di dekat monitor perkembangan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (4/1/2016). Mengawali pembukaan perdagangan bursa 2016, IHSG menguat tipis 0,24 persen atau 10,80 poin di angka 4.580,17. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Beberapa Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang memiliki status terbuka (Tbk) atau telah melantai di Bursa Efek Indonesia diperkirakan akan mencatatkan kinerja yang positif pada tahun ini. Kinerja yang positif tersebut diperkirakan akan ikut mendorong kinerja saham-saham perusahaan tersebut.

Analis PT LBP Enterprises Lucky Bayu Purnomo mengatakan, sektor yang bakal menarik antara lain ialah sektor konsumer dan infrastruktur. Di konsumer, LBP Enterprises merekomendasikan saham PT Kimia Farma Tbk (KAEF).

"Kimia Farma emiten barang dan jasa dan dia BUMN yang dinilai solid terkait isu erat marger dengan PT Indofarma Tbk (INAF). Itu akan mendorong kinerja Kimia Farma," kata dia kepada Liputan6.com, Jakarta, Kamis (18/2/2016).

Selain itu, Lucky juga memilih saham PT Adhi Karya Tbk (ADHI), PT PP Tbk (PTPP), PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) di sektor infrastruktur. Dia beralasan sektor tersebut sejalan dengan program pemerintah yang mendorong percepatan infrastruktur. dalam lima tahun ini pemerintah memang mendorong sektor infrastruktur untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. 

Kinerja perusahaan tersebut pun diperkirakan akan menggerakan perusahaan infrastruktur non konstruksi seperti PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) dan PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS). "Kalau mau mencari alternatif emiten tersebut bisa diperhatikan," ujarnya.

Lucky mengakui, tahun ini bukan tahun yang baik untuk sektor tambang. Namun tidak semua sektor tambang, tahun ini Lucky merekomendasikan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM). Dia memperkirakan harga emas akan kembali bersinar tahun ini.

Sektor properti nampaknya masih bergerak stagnan. Dia mengatakan kinerja sektor properti masih terhalang oleh suku bunga acuan yang relatif tinggi.

"Properti belum menjadi utama karena kita ketahui PT PP Properti Tbk (PPRO) karena suku bunga relatif tinggi. Penurunan suku bunga dinilai tidak maksimal," tandas dia. (Amd/Gdn)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya