OJK: Ekonomi RI Menunjukkan Tren Positif

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK, Nurhaida menuturkan nilai tukar rupiah cenderung membaik di awal Januari.

oleh Septian Deny diperbarui 11 Feb 2016, 12:59 WIB
Petugas saat bertugas di Kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Jakarta,(4/11/2015). Pengawas Pasar Modal OJK mengatakan pembahasan enam beleid sudah final karena tidak ada lagi perdebatan dari segi substansi. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Ekonomi Indonesia dinilai telah menuju ke arah lebih positif sejak awal tahun ini jika dibandingkan tahun lalu. Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nurhaida mengatakan, hal ini ditandai dengan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang dinilai lebih stabil meski belum menguat secara signifikan.

Dia mengungkapkan posisi nilai tukar rupiah saat ini‎ sudah tidak terlalu dipengaruhi oleh gejolak ekonomi global. Hal itu mengingat masih terjadi perlambatan ekonomi di China.

"Eropa masih ada ruang untuk stimulus tambahan, di Januari Fed ‎fund rate juga masih 0,25 persen-0,5 persen, ‎China belum terjadi pengembangan sektor riil‎, dan Jepang mengeluarkan kebijakan negatif suku bunga. Ini berdampak pada global. Tetapi rupiah di Januari membaik dibanding tahun lalu yang terjadi depresiasi. Saat ini rupiah sudah terapresiasi 0,11 persen," ujar dia di Jakarta, (11/2/2016).

Sementara itu di Januari, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga menunjukan tren positif. IHSG mengalami kenaikan 0,48 persen. Sinyal positif ini diharapkan terus berlanjut sehingga mampu mendorong perbaikan ekonomi nasional di tahun ini.

"Untuk bursa, IHSG naik 0,48 persen. Kondisi makro cukup memberikan arah yang positif, meski pertumbuhan belum signifikan atau masih perlambatan, tapi itu memberikan dampak positif bagi Indonesia," ujar dia.

Sebelumnya Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat 4,79 persen pada 2015. Kepala BPS Suryamin menuturkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia melambat ini juga tak lepas dari pertumbuhan ekonomi global. Tercatat, ekonomi Inggris melemah dari 2,1 persen menjadi 1,9 persen. Ekonomi China melambat dari 6,9 persen menjadi 6,8 persen.

Tak hanya itu, pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) turun dari 2,1 persen menjadi 1,8 persen. Meski demikian, ada sejumlah ekonomi negara lain yang masih menguat. Korea Selatan naik dari 2,7 persen menjadi tiga persen. Singapura menguat dari 1,4 persen menjadi dua persen.

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya