Freeport Bakal Cari Presdir yang Bisa Kembalikan Kepercayaan

Mundurnya Maroef menjadi jalan terakhir bagi Freeport untuk memuluskan negosiasi perpanjangan kontrak setelah kasus Setya Novanto.

oleh Septian Deny diperbarui 20 Jan 2016, 09:31 WIB
Freeport Indonesia (AFP Photo)

Liputan6.com, Jakarta - Mundurnya Maroef Sjamsoeddin dari jabatan Presiden Direktur PT Freeport Indonesia dinilai sebagai suatu hal yang wajar setelah kasus dugaan permintaan saham yang melibatkan Mantan Ketua DPR Setya Novanto diketahui publik.

Maroef merupakan orang yang melaporkan tentang dugaan permintaan saham melalui bukti rekaman ke DPR.

Pengamat Energi Yusri Usman menilai mundurnya Maroef menjadi jalan terakhir bagi Freeport untuk memuluskan negosiasi perpanjangan kontrak setelah kasus Setya Novanto.

"Memang tidak ada pilihan. Pasca dibukanya rekaman oleh Pak Maroef berpengaruh pada kredibilitas dia pribadi, semua pejabat dalam proses perpanjangan kontrak akan takut direkam, itu dampak negatif," ujar dia di Jakarta, Rabu (20/1/2016).

Menurut Yusri, di tengah anjloknya saham Freeport ‎McMoran yang merupakan induk dari Freeport Indonesia di bursa saham New York, maka perusahaan tambang asal AS ini akan berupaya maksimal agar kontrak kerjanya di Indonesia bisa diperpanjang.


"Apalagi saham Freeport tengah hancur di bursa New York. Jadi implikasinya luas setelah dia buka rekaman. Dan buruknya lagi, setelah dibuka akhirnya tidak mengungkapkan apa yang sebenarnya terjadi," kata dia.

Menurut Yusri,‎ sebagai pengganti Maroef, Freeport akan mencari figur yang bisa mengembalikan kepercayaan pemerintah dan masyarakat terhadap Freeport. Hal ini untuk memudahkan perusahaan tambang asal Amerika Serikat (AS) tersebut dalam proses perpanjangan kontrak yang akan habis pada 2020.

"Dalam kondisi terpuruk seperti ini, Freeport pasti akan mencari figur yang akan diterima, karena akan sulit mengembalikan kepercayaan. Semua akan takut bernegosiasi, takut direkam," tandasnya.(Dny/Nrm)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya