Curhat Tjahjo dan Sudirman Said soal 'Robohkan Pagar Batin'

Menurut Menteri ESDM itu, di sektornya banyak praktik rente yang sudah berakar dan menahun.

oleh Nila Chrisna Yulika diperbarui 21 Nov 2015, 12:16 WIB
Menteri ESDM Sudirman Said memberikan keterangan pers di Komplek Parlemen, Jakarta, (16/11/2015). Seorang anggota DPR yang di sebut telah mencatut nama Presiden Jokowi dan Wapres Jusuf Kalla terkait perpanjangan kontrak Freeport. (Liputan6/JohanTallo)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo menilai kondisi negara saat ini seperti berada dalam tahap "Ngarubuhaken Pagere Batin" atau dalam kondisi merobohkan pagar batin.

Menurut Tjahjo, jabatan Presiden RI yang diemban oleh Joko Widodo menurut kepercayaan Jawa adalah sebuah wahyu. Di mana, dalam melakukan aksinya, Jokowi selalu berpegang pada amanah Tuhan Yang Maha Esa.

"Beliau (Jokowi) pemegang amanah dan beliau penerima Wahyu memimpin Nusantara. Walaupun Pak Jokowi mungkin tidak menyadari pada awalnya, semua mengalir dengan sendirinya dan dengan pendukungnya mengalir bergerak hingga menang Pilpres 2014," kata Tjahjo.

Polemik antara anggota DPR dengan anggota DPR lainnya, DPR dengan lembaga pemerintahan, menteri dengan menteri, dan opini serta persepsi publik yang beragam akhir-akhir ini adalah wujud awal bergeraknya sebuah revolusi mental.


"Ini akan terus berlangsung sampai 2 tahun mendatang. Jadi perwujudan konsep revolusi mental adalah yang terjadi sekarang ini dan tidak bisa dicegah karena konsep tersebut yang berbicara 'Wahyu' melalui Presiden Jokowi," kata Tjahjo.

Hal itu dikatakan oleh Tjahjo di dalam sebuah group WhatsApp yang berisi sejumlah menteri dan wartawan Istana Kepresidenan, Jumat 20 November 2015 malam.

Menariknya, setelah Tjahjo mengatakan hal ini, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Sudirman Saidyang saat ini tengah berpolemik dengan DPR terkait masalah pencatutan nama Jokowi dan Jusuf Kalla ikut menimpali di grup yang sama.

"Pak Mendagri, urun rembug sedikit," kata Sudirman mengawali pembicaraannya.

Sudirman kemudian mengatakan, 'merobohkan pagar' seperti yang dianalogikan Tjahjo Kumolo, jika diterjemahkan di sektor kementeriannya, artinya banyak praktik perburuan rente di bidang energi.

"Urusan merombak pagar batin yang tidak benar kodratnya, jika diterjemahkan di sektor yang saya urus adalah banyaknya praktik perburuan rente yang menahun berurat berakar," kata Sudirman.

Dengan demikian, wajar jika setiap langkah pembenahan 'merobohkan pagar' itu memicu keributan. "Karena para pemilik dan penjahat pagar yang tidak benar akan bertahan habis-habisan," ujar dia.

Karena itu, Sudirman berharap ikhtiar bersih-bersih ini dapat segera selesai. "Waktu 2 tahun seperti ramalan Pak Mendagri bisa kita lewati dengan baik," ujar Sudirman.

Saat ini, kegaduhan memang sedang terjadi. Kegaduhan ini adalah buntut dari laporan Menteri Sudirman Said ke Mahkamah Kehormatan Dewan soal adanya politikus berpengaruh berinisial SN mencatut nama Jokowi dan JK demi meminta saham PT Freeport Indonesia. (Nil/Yus)*

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya