Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah menegaskan kekeringan sebagai dampak dari El Nino tahun ini tidak separah dengan kondisi 1997. Hal tersebut diklaim berkat antisipasi pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) melalui program-program pertanian.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Sofyan Djalil mengungkapkan, pemerintah telah mengantisipasi dampak El Nino, seperti masalah kesehatan dan penurunan produksi pertanian terutama produksi beras sampai hasil perkebunan kelapa sawit.
"Tadi rakor mempresentasikan seberapa parah El Nino, karena perkiraannya sampai Oktober 2015, jadi masih panjang. Ini kita antisipasi dan akan dilaporkan di rapat kabinet bersama Presiden," tegas dia di kantornya, Jakarta, Jumat (30/7/2015).
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian, Hari Priyono menambahkan, Indonesia pernah mengalami pengalaman El Nino terburuk pada 1997 dengan dampak lebih besar dari kekeringan tahun ini.
"Pengalaman El Nino terburuk 1997, saat itu yang terkena dampak kekeringan ada 230 ribu lebih ha lahan dari total lahan tanam 14 juta ha. Lahan pertanian yang gagal panen di 1997 seluas lebih dari 28 ribu ha," ujarnya.
Dia mencatat, kekeringan tahun ini hanya menimpa 111 ribu hektare (ha) lahan pertanian dengan dampak gagal panen (puso) 8.900 ha. Angka itu dari total target tanam sawah yang mencapai 14,3 juta ha.
"Yang terkena kekeringan 111 ribu ha dan puso 8.900 ha. Jumlah ini relatif kecil dari 14,3 juta ha target tanam. Kekeringan terparah terjadi di Jawa Barat, Jawa Tengah, Banten, Jawa Timur, NTB dan Sulawesi Selatan," ucap dia.
Imbas tersebut menyusutkan produksi padi petani. Hari memperkirakan penurunan produksi padi akibat el nino tidak signifikan, yakni sekitar 75,2 juta ton. Sementara dari angka ramalan I, ditargetkan produksi padi meningkat 6 persen menjadi 75,5 juta ton.
"Jadi cuma berubah ekornya (koma) saja. Kita bisa menyelamatkan 90 persen lahan itu. Penurunan enggak signifikan karena kita sudah antisipasi dengan pompanisasi, pemberian traktor sampai investasi embung triliunan rupiah," terangnya.
Hari mengatakan, pemerintah telah membagikan 21 ribu pompa dan menginvestasikan anggaran untuk embung Rp 2 triliun pada tahun ini. "Ini proyeknya on going, jadi enggak mulai mengaliri sawahnya juga on going," jelasnya.
Senada, Deputi Bidang Statistik Produksi BPS, Adi Lumaksono mengatakan catatan El Nino terburuk disampaikan Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG). "BMKG memberitahu El Nino terburuk 1997-1998, dampak paling besar. Mudah-mudahan enggak separah itu tahun ini," ujarnya.
Paling penting, kata Adi, pemerintah tidak hanya mengandalkan impor tapi juga distribusi manajemen barang. "Kalau barang tidak didistribusi dengan baik, khususnya Jawa Timur, Jawa Barat dan Jawa Tengah yang menjadi lumbung padi, maka sulit juga," tukas dia. (Fik/Ndw)
Dampak Kekeringan Tahun Ini Tak Separah 1997
Pemerintah telah mengantisipasi dampak El Nino, seperti masalah kesehatan dan penurunan produksi pertanian .
diperbarui 31 Jul 2015, 17:05 WIBSawah Kekeringan (Liputan6.com/Johan Tallo)
Advertisement
Advertisement
Advertisement
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
5 Kali Ditangkap karena Narkoba, Rio Reifan Hanya Mengaku Khilaf
Panen Raya, Bulog Diminta Lebih Optimal Serap Gabah Petani
Rio Reifan Tersandung Kasus Narkoba Kali Ke-5, Polisi Kini Amankan Sabu, Ekstasi Hingga Obat Keras
LPEI Minta 104 Pelaku UKM Perluas Pasar Ekspor Sepanjang Awal 2024
Adaptif Banget, Ini 5 Zodiak Paling Mudah Beradaptasi
Adab Menagih Utang dalam Islam, Insya Allah Berhasil
Raja Charles III Kembali Bertugas Usai Jalani Pengobatan Kanker, Diagendakan Sambut Kaisar Jepang di Istana Buckingham
Usai Gempa Garut, BMKG Minta Warga Waspadai Potensi Longsor dan Banjir Bandang
Sri Mulyani Sebut Denda Dibayar Perusahaan Jasa Titipan Terkait Masalah Sepatu Impor
Pria di Turki Lakukan Prank ke Mantan Pacar, Pesan Makanan Lewat Aplikasi hingga 50 Kali
Langkah GWM Poles Citra Baik Mobil China di Pasar Global
Fokus Pagi : Gempa Garut Terasa hingga Jakarta