Krisis Utang Yunani Tak Ancam Ekonomi RI

Menko Perekonomian, Sofyan Djalil menilai, kenaikan suku bunga Amerika Serikat lebih mempengaruhi ekonomi Indonesia ketimbang Yunani.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 29 Jun 2015, 17:25 WIB
Menko Perekonomian Sofyan Djalil memberi keterangan pers usai menghadiri rapat terbatas di Kantor Presiden, Jakarta, Senin (16/3/2015). Pemerintah mengumumkan paket kebijakan ekonomi untuk memperkuat nilai tukar rupiah. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Jokowi meyakini kasus gagal bayar utang yang bakal dialami Yunani pada Selasa 30 Juni 2015 tidak akan berdampak serius bagi ekonomi Indonesia, termasuk nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Pelaku pasar dinilai sudah mengantisipasi kemungkinan gagal bayar ini.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Sofyan Djalil mengatakan, ekonomi global pasti akan berimbas secara tidak langsung akibat gagal bayar utang tersebut. Pelaku pasar, sambungnya, sudah mengantisipasi dampak terburuk kasus ini mengingat diskusinya atau negosiasi sudah berlangsung tiga sampai empat bulan lalu.

"Mudah-mudahan sudah di price in oleh pasar, karena diskusi Yunani bukan hari ini saja tapi sudah tiga sampai empat bulan lalu. Besok banyak yang memperkirakan berhasil atau tidak, tapi terlalu mahal bagi Yunani harus keluar dari Uni Eropa dan terlalu mahal bagi Eropa kalau Yunani keluar," terang dia di kantornya, Jakarta, Senin (29/6/2015).

Atas dasar ini, Sofyan menjelaskan, pemerintah Uni Eropa masih akan berusaha menyelamatkan keuangan Yunani. ‎Sementara dampaknya terhadap perekonomian Indonesia, tambah dia, tidak akan signifikan karena pelaku pasar sudah mengantisipasinya.

"Saya pikir tidak ada yang perlu dikhawatirkan untuk Indonesia, apalagi untuk rupiah karena sudah di price in. Yang real itu adalah jika The Fed menaikkan suku bunga acuan di akhir tahun," tegas dia.

BI dan pemerintah, Sofyan mengakui akan melakukan berbagai upaya dalam rangka stabilisasi ekonomi Indonesia dan kurs rupiah.

"BI akan melakukan upaya menjaga dan mengawal rupiah. Sementara pemerintah berusaha memperbaiki dan meningkatkan daya beli masyarakat meski faktor eksternal sulit. Jadi kita siapkan cadangan devisa dan sebagainya," jelas Sofyan. (Fik/Ahm)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya