Pakat, Menu Berbuka Primadona di Medan

Makanan ini berbentuk rotan muda dan berasal dari daerah Mandailing dan Tapanuli Selatan.

oleh Reza Efendi diperbarui 29 Jun 2015, 16:47 WIB
Makanan ini berbentuk rotan muda dan berasal dari daerah Mandailing dan Tapanuli Selatan.

Liputan6.com, Medan - Selama bulan Ramadan, kita bisa menemui beragam panganan tersedia terutama sebagai menu berbuka puasa. Seperti di Medan, Sumatera Utara. Pakat, kini menjadi kuliner paling diburu saat berbuka puasa di daerah ini.

Makanan ini berbentuk rotan muda dan berasal dari daerah Mandailing dan Tapanuli Selatan. Selama Ramadan, setiap sore atau menjelang berbuka puasa biasanya pakat banyak dijumpai di sejumlah ruas jalan di Kota Medan, seperti di kawasan Jalan Sisingamangaraja, Jalan Gatot Subroto dan kawasan Jalan Prof. H.M Yamin.

Salah seorang pedagang pakat di Jalan Sisingamangaraja, Raja Hasibuan mengatakan, pakat yang dijualnya selama bulan Ramadan adalah rotan muda yang bagiannya paling pucuk dan masih muda. Sebelum dikonsumsi harus dibakar hingga matang selama 20 hingga 30 menit.

“Dalam setiap pembakarannya, saya selalu mematoknya dengan waktu 20 sampai 30 menit untuk setiap pembakaran sebanyak 30 batang, dan hal itu dilakukan untuk mendapatkan khasiat yang dibutuhkan saat dikonsumsi,” kata Raja di Medan.

Raja yang merupakan warga asli Tapsel ini mengaku, harga pakat yang dijualnya cukup terjangkau, yaitu mulai dari Rp 2.000 hingga Rp 3.000 per batang, dan tidak jarang ada masyarakat yang membeli hingga puluhan batang untuk dibawa pulang dan dikonsumsi bersama keluarga saat berbuka puasa.

“Harganya saya jual Rp 2.000 sampai Rp 3.000, banyak juga yang beli kalau bulan puasa seperti ini, dan saya jualnya juga setiap bulan puasa, kalau nggak bulan puasa, nggak ada saya jual,” terangnya.

Selama bulan Ramadan, kebanyakan yang membeli pakat adalah masyarakat Medan yang bersuku Mandailing atau berasal dari kawasan Mandailing dan Tapanuli Selatan, untuk dinikmati saat berbuka puasa dan sahur.

“Dalam seharinya bisa jual sampai seratusan batanglah, terus yang beli kebanyakan orang-orang Mandailing yang memang sudah tahu khasiatnya,” ungkap Raja.

Mengenai cara mengkonsumsinya, Raja menambahkan bahwa pakat atau rotan muda ini cukup dibakar hingga masak yang kemudian dibuang kulit luarnya dan disantap dengan nasi sebagai lalapan atau bisa juga digulai dan disemur sesuai dengan selera masing-masing.

“Kalau khasiatnya banyak ya, bisa untuk mengembalikan tenaga setelah menjalani puasa satu harian, apalagi pakat ini kan makanan tradisional, pastinya udah jadi tradisi dan mereka yang makan pakat pasti udah tahu,” ucap Raja. (Reza/Nrm)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya