Hatta Rajasa: Haryanto Taslam Tokoh yang Konsisten dan Teguh

Hatta Rajasa menilai pula, sebagai politisi almarhum Haryanto Taslam juga patut dijadikan teladan karena keteguhannya dalam berpolitik.

oleh Hanz Jimenez Salim diperbarui 15 Mar 2015, 12:37 WIB
Haryanto Taslam

Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah tokoh politik memberikan ucapan belasungkawa atas meninggalnya Haryanto Taslam pada Sabtu 14 Maret 2015 malam di Rumah Sakit Medistra, Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan.

Salah satunya adalah mantan Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Hatta Rajasa. Ia yang menyambangi kediaman politisi senior Partai Gerindra tersebut di Jalan Buluh Perindu, Duren Sawit, Jakarta Timur mengaku kehilangan dengan wafatnya Haryanto Taslam atau karib disapa Hartas.

"Sebagai tokoh politik bangsa, saya rasa semua juga kehilangan," kata Hatta di rumah duka, Minggu (15/3/2015).

Hatta menjelaskan, Hartas adalah seorang tokoh politik yang mempunyai pandangan berbeda di atas panggung politik Indonesia.

"Almarhum (Haryanto Taslam) adalah tokoh yang konsisten dan teguh dalam pendirian dan tidak mudah goyang oleh politik-politik pragmatis. Keteguhan dan keyakinan itulah yang membuat beliau bersikap berbeda," ucap calon wakil presiden yang berpasangan dengan Prabowo Subianto pada Pilpres 2014.

Tak hanya itu, sambung Hatta, sebagai politisi almarhum juga patut dijadikan teladan karena keteguhannya dalam berpolitik.

"Beliau patut dijadikan teladan. Saat banyak godaan mengambil jalan pintas, dalam politik pragmatis ia memberikan keteladanan dengan sikapnya," pungkas Hatta Rajasa.

Selain Hatta Rajasa, sejumlah politisi juga hadir di rumah duka almarhum Hartas. Di antaranya Pelaksana tugas (Plt) Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto, Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon, Sekjen Partai Golkar versi Munas Bali Idrus Marham, dan Sekjen Partai Gerindra Ahmad Muzani.

Haryanto Taslam mengembuskan napas terakhir pada umur 61 tahun. Taslam merupakan loyalis PDI pro-Megawati Soekarnoputri menjelang reformasi pada 1998. Ketika itu, PDI pro-Megawati (kini bernama PDIP) dianggap musuh oleh pemerintah Orde Baru.

Sosok yang akrab disapa Taslam atau Hartas itu, pernah diculik saat menuju rumah Megawati di kawasan Kebagusan, Jakarta Selatan. Almarhum juga sempat dijebloskan ke sel tahanan. Meski tak pernah disiksa, Hartas yang pernah menjadi Wakil Sekjen DPP PDI versi Munas 1993 yang memilih Megawati sebagai ketua umum, mengalami tekanan psikologis dari si penculik.

Pada era reformasi, Haryanto Taslam tetap bergabung dengan PDIP. Namun pada tahun 2009, Hartas pindah ke Partai Gerindra. Selanjutnya sejak tahun 2012, ia menjadi anggota Dewan Pembina di partai besutan Prabowo Subianto tersebut. (Ans/Mvi)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya