Presiden Ukraina Tutup Layanan di Kawasan yang Dikuasai Pro-Rusia

Presiden Ukraina Petro Poroshenko memutuskan untuk menutup kawasan di timur negaranya, yang dikuasai pemberontak atau pro-Rusia.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 16 Nov 2014, 10:09 WIB
Presiden Ukraina Petro Poroshenko. (Reuters)

Liputan6.com, Kiev - Presiden Ukraina Petro Poroshenko pada Sabtu 15 November 2014 memutuskan untuk menutup kantor-kantor pemerintah di bagian timur negara itu. Sebab kawasan tersebut dikuasai pemberontak atau pro-Rusia.

Ia juga dilaporkan menutup lembaga negara dan layanan perbankan termasuk Bank sentral di wilayah timur pro-Rusia itu. Hal tersebut dilakukan guna menekan langkah untuk memotong hubungan dengan wilayah yang dikuasai pemberontak.

"Semua perusahaan negara, lembaga dan organisasi harus mengakhiri pekerjaan mereka dalam sepekan dan mengevakuasi pekerja, dengan izin mereka, dan jika mungkin memindahkan properti dan dokumen penting," demikian isi keputusan Presiden Ukraina Petro Poroshenko yang diposting di situs kepresidenan seperti dikutip dari Reuters, Minggu (16/11/2014).

Putusan tersebut juga secara resmi meminta parlemen untuk mencabut 'status khusus' dari daerah itu.

Dilansir dari BBC, kebijakan tersebut semakin mengucilkan kawasan Donetsk dan Luhansk --yang dikuasai separatis-- dari wilayah Ukraina lainnya.

Ukraina menuduh Rusia mengirimkan lebih banyak tentara dan senjata untuk membantu para pemberontak. Namun negara pimpinan Vladimir Putin itu telah berulang kali membantah telah membantu separatis.

Para pejabat mengatakan paling tidak lima warga sipil dan tujuh tentara Ukraina tewas dalam bentrokan di Ukraina timur sejak Jumat 14 November.

Dalam tayangan televisi pemerintah Rusia pada Sabtu 15 November, muncul sejumlah gambar yang mereka sebut sebagai bukti pesawat penumpang Malaysia Airlines MH17 yang jatuh di Ukraina timur pada Juli lalu. Akibat tembakan pesawat tempur Ukraina.

Keaslian foto itu memang belum dapat dipastikan, namun beberapa sumber di Ukraina mengatakan gambar itu palsu.

Penyebab kecelakaan yang menewaskan ke-298 orang di pesawat tersebut hingga kini masih belum pasti. Pihak Barat menuduh separatis Ukraina menembak jatuh pesawat itu dengan misil yang dipasok Rusia.

Sementara itu, Presiden Amerika Barack Obama mengatakan Amerika memimpin dunia dalam melawan agresi Rusia terhadap Ukraina. "Rusia adalah 'ancaman bagi dunia'," kata Obama di Universitas Queensland di Brisbane, Australia. (Mut)

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya