Sukses

Penjahat Siber Manfaatkan Perang Israel-Hamas untuk Penipuan, Ini Tips Biar Tak Terjerat

Kaspersky meminta masyarakat berhati-hati dengan adanya penjahat siber yang memanfaatkan perang Israel-Hamas, untuk melakukan aksi penipuan dengan kedok donasi.

Liputan6.com, Jakarta - Perusahaan keamanan siber Kaspersky mewanti-wanti pengguna internet untuk waspada terhadap penipuan siber yang menunggangi perang Israel-Hamas yang tengah terjadi.

Menurut mereka, penjahat siber ini berusaha memanfaatkan masyarakat dengan kedok donasi bagi warga yang terdampak perang tersebut. Kaspersky menyebut, lebih dari 500 email penipuan dan situs web palsu sudah disebar dan dibuat penjahat siber.

Masyarakat pun harus lebih waspada dan dapat mengambil langkah proaktif untuk memverifikasi penerima donasi, sehingga dapat tepat disalurkan ke para korban terdampak seperti di Palestina.

Menurut Kaspersky, seperti dikutip dari siaran pers, Rabu (25/10/2023), konflik Israel-Hamas juga banyak dimanfaatkan oleh penjahat siber, seperti bencana atau keadaan darurat lainnya.

Pakar Kaspersky mengamati adanya lonjakan email penipuan yang ditulis dalam bahasa Inggris, yang secara palsu meminta sumbangan bagi mereka yang terdampak konflik. Selain itu, solusi keamanan Kaspersky juga mendeteksi lebih dari 540 email semacam ini.

Penyerang memakai teknik rekayasa sosial atau social engineering, untuk mengeksploitasi keinginan masyarakat membantu. Mereka juga mencoba memikat calon korban untuk memberikan donasi palsu.

Biasanya, pelaku penipuan siber ini menggunakan kedok sebagai organisasi amal, serta menggunakan bahasa yang emosional untuk membujuk pengguna agar mengklik link ke situs web palsu.

"Dalam email ini, penipu mencoba membuat beberapa variasi teks untuk menghindari filter spam," kata pakar keamanan di Kaspersky, Andrey Kovtun.

"Selain itu, mereka mengubah tautan dan alamat pengirim. Solusi keamanan siber yang kuat dapat mencegah taktik ini," katanya. 

Calon korban pun biasa diarahkan ke situs web palsu, yang berisi konteksi tentang konflik, menampilkan foto, dan mendorongnya untuk memberikan donasi. Di sini, penjahat siber juga mungkin bakal menawarkan berbagai opsi transaksi, termasuk dalam bentuk mata uang kripto.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Tips Salurkan Donasi dengan Aman

Untuk mencegah jadi korban penipuan berkedok donasi semacam ini, ada beberapa hal yang bisa dilakukan pengguna. Menurut Kaspersky, pengguna bisa cek dulu sebuah situs web secara menyeluruh, sebelum berdonasi.

Situs palsu sering kali tidak memiliki informasi utama tentang penyelenggara amal, penerima, dokumentasi legitimasi, atau kurang transparan mengenai penggunaan dana. Selain itu, terapkan langkah-langkah keamanan seperti ini:

  1. Periksa situs web dan kredensial badan amal tersebut. Badan amal yang sah akan didaftarkan, periksa ulang kredensial organisasi di basis data yang diketahui untuk memastikan keasliannya.
  2. Dekati badan amal secara langsung untuk berdonasi atau menawarkan dukungan. Untuk donasi online, masuklah langsung ke alamat situs amal resmi, sehingga lebih aman daripada mengklik sebuah link.
  3. Jika Anda tidak yakin mengenai organisasi yang telah diperiksa, rujuk ke organisasi terkenal yang memberikan dukungan kemanusiaan seperti badan bantuan PBB.
  4. Individu yang terkena dampak krisis biasanya tidak akan menghubungi orang lain secara langsung untuk meminta donasi, apalagi jika dia tidak Anda kenal. Jadi, berhati-hatilah dengan permintaan mengirim uang.
  5. Situs web palsu mungkin terlihat hampir mirip dengan situs amal asli, hanya detail tempat mengirim donasi yang menjadi satu-satunya perbedaan. Kesalahan ejaan atau tata bahasa sering kali juga menunjukkan halaman palsu.
  6. Jangan berasumsi bahwa permintaan donasi di berbagai platform media sosial adalah sah hanya karena ada teman yang menyukai atau membagikannya. Tetap luangkan waktu untuk meneliti sebuah kelompok sebelum berdonasi.
3 dari 4 halaman

7 juta Ancaman Online Sasar Warga Indonesia Digagalkan

Sebelumnya, Kaspersky mengungkapkan di kuartal dua atau Q2 tahun 2023, terdapat lebih dari 7 juta ancaman online berhasil digagalkan dan menyasar pengguna internet di Indonesia.

Menurut Kaspersky, kasus-kasus dugaan kebocoran data di Tanah Air belakangan ini, juga sejalan dengan prediksi mereka untuk tahun ini, di mana diperkirakan akan banyak terjadi pada individu atau perusahaan.

Seperti diketahui, baru-baru ini, juga muncul pemberitaan terkait dugaan kebocoran ratusan juta data yang di dalamnya berisikan informasi rahasia dan konfidensial. Walaupun demikian, kasus kebocoran data tersebut juga masih dalam proses penyelidikan.

Maraknya kebocoran data dan insiden dunia maya di dalam negeri, perusahaan pun merilis statistik ancaman siber terbaru untuk Indonesia pada kuartal kedua (Q2) tahun ini.

Data menunjukkan penurunan hingga 30 persen atas upaya serangan siber pada pengguna internet Indonesia dari periode April hingga Juni tahun ini dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Mengutip siaran persnya, Rabu (2/8/2023), Kaspersky Security Network (KSN) mengungkapkan, pada Q2 atau April sampai Juni 2022, terdapat 11.083.474 deteksi ancaman online di Indonesia.

 

4 dari 4 halaman

Lebih dari 7 Juta Ancaman Online Berhasil Diblokir

Sementara di Q1 atau Januari atau Maret 2023, terdapat 7.651.841 deteksi ancaman online dan diikuti 7.729.320 ancaman online yang dideteksi, pada April sampai Juni atau Q2 2023.

Untuk ancaman lokal di Indonesia, laporan Kaspersky Security Network menemukan 13.533.656 deteksi di Q2 tahun 2022, 13.170.332 di Q1 2023, serta 13.015.667 pada Q2 2023.

Menurut laporan terbaru, sebanyak 7.729.320 deteksi ancaman online berhasil diblokir selama periode April hingga Juni tahun ini. Perusahaan menyebut, angka ini adalah penurunan 30 persen dibandingkan dengan 11.083.474 deteksi pada periode yang sama tahun lalu.

Meski begitu, temuan tersebut juga sedikit meningkat (1 persen) dibandingkan periode Januari hingga Maret (Q1) tahun ini dengan 7.651.841 deteksi ancaman online.

Secara keseluruhan, 21,7 persen pengguna telah menjadi sasaran ancaman online selama periode Q2 2023. Hal ini menempatkan Indonesia di peringkat ke-96 dunia dalam hal bahaya yang terkait penjelajahan web.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.