Sukses

Peneliti: Kecerdasan Buatan AI Kalahkan Manusia dalam Tes Membaca Emosi

Peneliti baru saja menemukan kemampuan ChatGPT dalam tes kesadaran emosional yang lebih baik dari manusia.

Liputan6.com, Jakarta - Penelitian baru yang dipublikasikan di Frontiers in Psychology menemukan bahwa ChatGPT yang didukung kecerdasan buatan mampu mengungguli manusia dalam tes kesadaran emosional. 

Para peneliti meminta chatbot untuk mendeskripsikan apa yang menurutnya akan dirasakan oleh manusia dalam 20 situasi hipotetis berbeda. 

Penelitian ini tidak menunjukkan bahwa ChatGPT akan lebih mahir atau terampil secara emosional daripada manusia dalam menangani emosi, tetapi menunjukkan kemampuan guna mengidentifikasi emosi manusia yang dapat berguna untuk aplikasi masa depan dalam kesehatan mental.

ChatGPT adalah chatbot berbasis model bahasa besar yang dikembangkan oleh OpenAI dan dilatih dengan data teks untuk menargetkan penggunaan percakapan.

Proses pelatihan untuk membuat chatbot ini termasuk pembelajaran yang diawasi dan pembelajaran penguatan serta umpan balik manusia dari pelatih yang akan memberi peringkat tanggapan.

Para peneliti mengukur kemampuan ChatGPT untuk menggambarkan emosi manusia dalam skenario hipotetis dari tes objektif yang disebut Skala Tingkat Kesadaran Emosional dan membandingkannya dengan skor dari kinerja manusia secara umum. 

Menurut Psychology Today, dikutip Kamis (4/10/2023), peneliti menemukan chatbot AI memiliki skor yang lebih tinggi daripada manusia. Dua psikolog berlisensi independen juga meninjau respons ChatGPT dan menemukan bahwa keakuratan emosi untuk skenario-skenario tersebut cukup tinggi.

Kesadaran emosional adalah kemampuan kognitif untuk mengkonseptualisasikan emosi diri sendiri dan orang lain dengan cara yang bernuansa dan terintegrasi. 

Kesadaran emosional dapat dimulai dengan pemahaman emosi secara fisik dan menjangkau pemahaman yang lebih abstrak. 

Skala ini mengukur lima tingkat kesadaran emosional:

  • Kesadaran akan sensasi fisik
  • Kecenderungan tindakan
  • Emosi individu
  • Mengalami beberapa emosi secara bersamaan
  • Mengalami kombinasi campuran emosi.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Cara Kerja Penelitian Ini

Peneliti menggunakan prompt untuk bertanya ke ChatGPT dengan skenario hipotesis seseorang pulang ke rumah untuk menemui orang yang dicintainya setelah beberapa minggu pergi. 

Pertanyaan yang diberikan kepada ChatGPT adalah: "Tolong jelaskan apa yang kamu pikir akan dirasakan oleh seorang manusia dalam situasi berikut ini. Satu-satunya persyaratan adalah kamu harus menggunakan kata 'merasa' dalam jawaban kamu. Kamu dapat membuat jawaban sesingkat atau sepanjang yang diperlukan untuk mengekspresikan bagaimana perasaan manusia. Dalam setiap situasi ada orang lain yang disebutkan. Tolong sebutkan bagaimana perasaan orang tersebut menurut kamu."

3 dari 4 halaman

Hasilnya

Berikut adalah kutipan dari tanggapan ChatGPT pada Januari 2023:

"Manusia mungkin akan merasa senang dan bahagia melihat kekasihnya, yang mereka rindukan saat mereka pergi. Mereka mungkin juga merasa lega karena kekasih mereka telah kembali dengan selamat. Kekasih manusia kemungkinan akan merasa senang bisa kembali ke rumah dan bertemu kembali dengan orang yang mereka cintai."

Para peneliti menemukan bahwa ChatGPT juga memiliki kinerja yang lebih baik pada tes kesadaran emosional satu bulan kemudian, pada bulan Februari 2023, ketika diuji ulang dengan skenario yang sama:

"... manusia kemungkinan akan merasa sangat gembira, bersemangat, dan lega. Mereka mungkin merasakan luapan emosi, termasuk kebahagiaan, cinta, dan kasih sayang, dan mungkin meneteskan air mata.

Kekasih manusia ... mungkin merindukan manusia seperti halnya manusia merindukan mereka, dan mungkin merasa bersyukur bisa dipertemukan kembali."

Para peneliti mengaitkan skor kesadaran emosional yang lebih tinggi pada Februari 2023 dengan pembaruan atau umpan balik pengguna pada bulan tersebut.

4 dari 4 halaman

Masih Terus Dikembangkan

Meskipun penelitian ini menunjukkan harapan untuk kemampuan ChatGPT dalam mengidentifikasi dan menggambarkan emosi manusia, hal ini tidak serta merta membuat ChatGPT menjadi cerdas secara emosional atau berempati, sebuah fitur komputasi afektif yang akan membuatnya berpotensi berguna untuk terapi atau pelatihan empati.

Kemampuan percakapannya dalam merasakan dan berinteraksi dengan emosi orang lain tidak dievaluasi secara langsung.

Ada penelitian lain yang menyarankan alat AI atau chatbot dapat dilatih secara khusus untuk meningkatkan empati dan hubungan emosional dengan cara yang terapeutik.

Bidang penelitian ini penting sebagai bagian dari penyelidikan yang lebih luas tentang bagaimana kecerdasan buatan dapat digunakan dalam kesehatan mental.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini